Nahasnya, itu hanya akan memperburuk keadaan. Korban yang tidak berdaya bisa mengalami hal tidak senonoh secara berulang.
Ketika di lapangan, Aisyah mengaku pernah menemui kasus yang memilukan. Keluarga korban enggan melapor karena telah menerima sejumlah uang dari pelaku.
“Ini yang membuat saya marah. Tapi tidak bisa saya lakukan,” tutur ketua umum dan inisiator BEM.
Pendampingan Korban
Selain edukasi, BEM juga melakukan pendampingan. Aisyah menyebut BEM memiliki call center untuk pendampingan agar tidak ada lagi yang menjadi korban.
Call center BEM masih berupa nomor ponsel. Namun, Aisyah berharap nantinya bisa menemukan orang yang dapat menunggu mengadukan persoalan mereka di kantor.
Saat ini, BEM masih memberikan edukasi di wilayah Jakarta. Namun, mereka memiliki keinginan untuk dapat memberikan edukasi tersebut di luar Jakarta kelak.
Aisyah bersama gerakannya itu menyadari banyak daerah yang rentan terhadap kekerasan dan pelecehan seksual. Menurutnya, itu terjadi karena kurangnya informasi.
“Untuk itu, kami sedang berkoordinasi meluaskan jaringan untuk dapat mewujudkan harapan tersebut,” ujar Aisyah.
Aisyah dan para perempuan yang bergabung di BEM dapat menjadi contoh, meski tanpa adanya dukungan dana dari pihak mana pun, mereka tetap berjuang tanpa henti. Mereka meyakini walau pelan, tapi pasti bahwa pergerakan ini akan memberikan dampak baik bagi masyarakat. [rif]