Tak hanya jago meracik strategi, Conte juga cukup jeli menyulap pemain-pemainnya ke performa terbaiknya. Sebut saja, Victor Moses yang berhasil ia plot sebagai wing-back yang mengerikan, dan Diego Costa yang mampu mencetak 22 gol dalam semusim. Bersamanya juga, Romelu Lukaku berhasil menemukan ketajamannya kembali, setelah gagal tampil apik bersama Manchester United sebelumnya.
Pada Piala Eropa 2016, ketika membesut timnas Italia dengan skuat yang tak banyak diisi pemain bintang, Conte berhasil memoles Giacherrini dan Pelle sehingga mampu tampil gacor selama gelaran kompetisi itu. Bahkan, melampaui ekspektasi banyak orang, dia berhasil mengantarkan Italia ke perempat final, sebelum akhirnya kalah lewat drama adu penalti.
Kabarnya, perencanaan belanja pemain yang jelas pada bursa transfer Januari 2022 adalah salah satu alasan Conte menerima tawaran Tottenham. Maka, dengan skuat yang ada dengan kelebihan dan kekurangannya menjadi tantangannya. Namun, melihat pengalamannya, biasanya dia mampu memaksimalkan skuad yang ada. Untungnya, Tottenham sepeninggal Nuno Espirito sejatinya banyak diisi talenta berbakat.
Bermental Juara
Berbekal taktik dan anggota tim saja tidak cukup untuk menjadi seorang juara. Melainkan, harus ditopang juga dengan mental yang kuat. Itulah yang menjadikan Conte mampu tampil sebagai pemenang. Cesc Fabregas, mantan anak asuhnya di Chelsea, di akun Twitter miliknya menuturkan bahwa Conte andal mengangkat mental pemainnya.
Hal senada juga diakui Bonucci saat diwawancarai The Athletic, “dia (Conte) telah mengubah karir saya, itu adalah mentalitas yang dia berikan kepada saya dan Juventus juga, (yakni) pengetahuan sepakbola yang dia berikan,” katanya. Itulah sebabnya, bagi Tottenham, Conte adalah pilihan yang tepat untuk mengangkat mental mereka yang sedang turun.
Di sisi lain, selama melatih, Conte terbilang ahli menjaga stabilitas ruang ganti. Ia mampu menempatkan diri dengan baik untuk disukai pemain yang memiliki pengaruh besar di klubnya, seperti Alessandro Del Piero dan John Terry. Namun, dia juga pelatih yang tegas, anak asuhnya yang banyak polah tidak segan-segania depak. Radja Nainggolan dan Mauro Icardi adalah beberapa pemainnya yang pernah disingkirkannya.
Satu lagi, Conte sebagai pelatih sangat mempedulikan kondisi pemain-pemainnya. Pernah, Mattia Destro ia beri sesi latihan khusus selama sehari setelah menikah. Tak ketinggalan, Lukaku juga pernah merasakan hal demikian, dimana menurut pengakuannya ia dilatih khusus hingga ke red zone. Bahkan, demi kembali ke berat badannya yang ideal, ia juga dipaksa diet khusus.