Scroll untuk baca artikel
Risalah

Bisa Picu Perang Dunia III, Ini Sejarah Awal Mula Konflik Rusia-Ukraina

Redaksi
×

Bisa Picu Perang Dunia III, Ini Sejarah Awal Mula Konflik Rusia-Ukraina

Sebarkan artikel ini

Sejatinya, mayoritas penduduk Rusia bilingual tetapi menganggap bahasa Ukraina sebagai bahasa ibu mereka. Adapun bahasa Rusia dominan di selatan dan timur, termasuk wilayah yang dikuasai separatis pro-Moskwa sejak 2014.

Holodomor

Penduduk Ukraina mengalami kelaparan di tanah mereka sendiri. (Dok. Wikimedia Commons)

Selain masalah bahasa, peristiwa kelaparan yang merenggut nyawa jutaan orang di Ukraina pada 1932-1933, adalah titik balik utama dalam hubungan Rusia-Ukraina.

Para sejarawan di Kiev menggambarkan peristiwa tersebut sebagai genosida atau Holodomor. Pemimpin Soviet saat itu Joseph Stalin dianggap sebagai yang bertanggungjawab karena menghukum warga Ukraina yang menentang kolektivisasi paksa lahan pertanian.

Di bawah Putin, pihak berwenang Rusia berusaha tidak mengungkit penindasan era Stalin. Moskow menolak narasi Kiev, dengan menempatkan peristiwa itu dalam konteks kelaparan lebih luas yang menghancurkan kawasan Asia Tengah dan Rusia.

Awal Mula Perang Ukraina – Rusia

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan separatis yang didukung Moskow pecah setelah Rusia menginvasi dan mencaplok Semenanjung Krimea, sebelah selatan Ukraina.

Kedua belah pihak sempat mencapai gencatan senjata pada tahun 2015, tetapi permusuhan terus berlanjut dan hampir 14.000 orang telah tewas, termasuk lebih dari 3.000 warga sipil.

Dalam catatan sejarah, Krimea sesungguhnya wilayah Rusia, tetapi diberikan secara cuma-cuma kepada Ukraina pada 1954 atas perintah Presiden Nikita Khrushchev dengan alasan Soviet tak akan pernah bubar.

Dan sebagai penguasa Soviet, Rusia dianggap dapat terus mengeksploitasi keberadaan laut air hangat di Ukraina. Perlahan, di bawah naungan Soviet, banyak orang Rusia yang “diekspor” ke Krimea. Maka ketika menduduki wilayah itu, Rusia menganggapnya sebagai “tugas negara melindungi warganya”, bukan menginvasi wilayah bangsa lain.

Sebagian besar negara tidak mengakui pencaplokan Krimea oleh Rusia, dan Kiev berharap semenanjung itu dapat menjadi bagian dari Ukraina lagi. Namun, pada 2018 Moskow membangun jembatan melintasi Selat Kerch untuk menghubungkan semenanjung itu ke Rusia.

Khawatir Picu Perang Dunia III

Merapatnya Ukraina ke NATO (North Atlantic Treaty Organization) juga semakin membuat hubungan keduanya memanas. Karena jika Ukraina bergabung dengan NATO, bisa mengundang Amerika Serikat untuk mendirikan pangkalan militer yang langsung berbatasan dengan Rusia.

Rusia sendiri diyakini sudah menempatkan 100.000 pasukan di dekat Ukraina. Rusia juga akan melakukan latihan militer dengan Belarusia, sekutunya, yang dianggap Barat bagian dari rencana invasi.

Sementara itu AS dan NATO dikabarkan telah mengirimkan kapal perang ke Ukraina. Jet-jet tempur juga dilaporkan siap memperkuat NATO.