Analisis Awalil Rizky

Cadangan Devisa Mulai Tergerus

Awalil Rizky
×

Cadangan Devisa Mulai Tergerus

Sebarkan artikel ini
Sumber data: Bank Indonesia, diolah

POSISI cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 dilaporkan sebesar US$134,9 Miliar. Meski menurun dibandingkan bulan sebelumnya, Bank Indonesia mengklaim sebagai tetap tinggi. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Dijelaskan bahwa penurunan antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Sebenarnya, jika memperhitungkan “hadiah” dari International Monetary Fund (IMF) pada Agustus 2021 sebesar US$6,50 Miliar, maka posisinya hanya sekitar US$128,35 Miliar. Merupakan posisi terendah dalam 7 tahun terakhir.

Pemberian devisa dari IMF itu sendiri bukan karena kinerja transaksi internasional yang lazim. Secara akuntansi, penambahannya dicatat pula sebagai utang Bank Indonesia kepada IMF dan masuk dalam statistik Utang Luar Negeri Indonesia.

Bentuk Cadangan Devisa

Bank Indonesia mengumumkan posisi cadangan devisa Indonesia untuk kondisi tiap akhir bulan. Nilainya dinyatakan dalam dolar Amerika, meski sebagiannya berdenominasi mata uang lain dan berbentuk emas moneter.

Publikasi Bank Indonesia menggolongkan bentuk atau jenis cadang devisa Indonesia dalam empat kelompok. Yaitu: emas moneter, Special Drawing Rights (SDRs), Reserve Position in the Fund (RPF), dan Cadangan devisa lainnya.

Kategori cadangan devisa lainnya mendominasi, terutama karena tersedia paling banyak dan sangat likuid. Cadangan devisa jenis ini mencapai US$121,79 Miliar atau 90,31% dari total. Nilai terbanyak berbentuk Surat Berharga sebesar US$99,43 Miliar. Diikuti oleh Uang Kertas Asing dan Simpanan sebesar US$21,73 Miliar dan Tagihan Lainnya sebesar US$0,63 Miliar.

Sementara itu, cadangan devisa dalam bentuk emas moneter sebesar US$4,73 Miliar dan dalam bentuk SDRs sebesar US$7,30 Miliar. SDRs ini merupakan “mata uang” dari IMF. Cadangan devisa dalam bentuk RPF atau simpanan di IMF sebesar USD1,04 Miliar.

Transaksi Finansial Terkini Bersifat Mengurangi

Faktor utama dalam perubahan posisi cadangan devisa yang lazim adalah dari transaksi internasional penduduk Indonesia dengan pihak asing, yang dicatat dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Penduduk dimaksud mencakup perseorangan, korporasi, negara dan entitas hukum lainnya.

NPI selama ini cenderung surplus, yang berarti terjadi arus masuk bersih berupa devisa atau mata uang asing ke dalam perekonomian nasional.

Pada periode tahun 1981-1996 dialami surplus sebanyak 12 kali, dan defisit sebanyak 4 kali. Pada tahun 1997 dan1998 dialami defisit yang lebar. Pada periode tahun 1999-2021 dialami surplus sebanyak 16 kali, dan defisit sebanyak 7 kali. Defisitnya cukup lebar pada tahun 2013 dan 2018.

Pada tahun 2019-2022 kembali mengalami surplus, namun dengan nilai yang masih lebih kecil dibanding masa lalu. Bahkan selama satu semester tahun 2023 tercatat mengalami defisit US$855 Juta.

Transaksi internasional Indonesia dengan pihak asing pada dasarnya terdiri dari dua kelompok besar. Pertama, perdagangan barang dan jasa dalam arti luas, yang dicatat dalam Transaksi Berlajalan oleh Bank Indonesia. Kedua, transaksi berupa investasi dan utang piutang, yang dicatat dalam Transaksi Modal dan Transaksi Finansial. Oleh karena Transaksi Modal dalam kasus Indonesia terbilang sangat kecil, maka fokus analisis kelompok kedua ini hanya pada Transaksi Finansial.