Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Cara Pemerintah Korsel Membantu Industri Hiburannya, Indonesia Bisa Menirunya!

Redaksi
×

Cara Pemerintah Korsel Membantu Industri Hiburannya, Indonesia Bisa Menirunya!

Sebarkan artikel ini

Ada tangan pemerintah Korsel yang membantu industri Hiburannya sukses seperti saat ini. Mulai dari berlakukannya sistem kuota layar hingga tidak ada penyensoran.

BARISAN.CO – Melihat geliat drama dan film Korea Selatan membuat kita berdecak kagum. Bahkan, platform Netflix pun kini diselingi dengan acara-acara berbau negeri Gingseng tersebut.

Tahun lalu, perusahaan Amerika itu menginvestasikan sekitar US$463 juta demi konten Korea. Itu dilakukan untuk menarik pangsa global serta subscriber. Korea Selatan menjadi salah satu pasar terbesar Netflix di Asia. Menurut Media Partners Asian, Netflix memiliki ebih dari 5 juta pelanggan di Korsel.

Namun begitu, nampaknya bukan hanya Korsel yang menjadi incaran. Sebab, drama dan film Korsel sudah mulai mendapat perhatian belahan dunia. Bukan itu saja, beberapa karya dan aktornya juga pernah mendapatkan penghargaan bergengsi internasional.

Pada awal Januari lalu, Wakil Presiden Konten Netflix Korea, Don Kang mengungkapkan, platform streaming itu tidak akan mengurangi investasinya pada konten Korea tahun ini. Dia menyebut, kebijakan ini karena pesaingnya secara agresif berinvestasi di pasar Korea dan mereka perlu mengimbanginya.

Nah, kamu penasaran ga sih kenapakok drama dan film Korea bisa membludak di pasaran? Di mana-mana selalu muncul.

Ini tak lepas dari peran pemerintahnya, lho! Ada berbagai cara yang Pemerintah Korsel lakukan untuk turut membantu industri hiburan itu berkembang.

Mengutip Reel Rundown, berikut ini 10 cara yang Pemerintah Korsel lakukan. Dan bisa ditiru oleh negara lain termasuk Indonesia, nih!

1. Adanya Kuota Layar

Film asing, khususnya film Hollywood menjadi ancaman besar bagi industri film lokal. Pada akhirnya, film domestik pun biasanya terabaikan oleh bioskop karena kurang menguntungkan. Bagi pemilik bisnis bioskop, pemutaran film asing lebih menghasilkan cuan. Ini yang membuat mereka jadi membatasi penayangan film lokal, deh!

Berbeda dengan Korea, pemerintahnya justru melindungi industri lokal dengan memberlakukan kuota layar, mengamanatan setiap bioskop untuk memutar film dalam negeri setidaknya selama 146 hari selama setahun. Penerapan kuota ini baru secara penuh terlaksana di tahun 1993 kala popularitas blockbuster Hollywood menggerogoti pangsa pasar industri lokal.

2. Meluncurkan Dewan Film Korea (KOFIC)

Tahun 1999, pemerintah Korsel meluncurkan KOFIC sebagai badan swakelola yang bertugas merangsang dan melindungi industri film domestiknya. Di bawah payung Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Parawisata Korea, badan ini bertanggung jawab mempromosikan dan mendukung industri film baik di tingkat nasional maupun internasional.

3. Festival Film Internasional

Korsel punya sejumlah Festival Film Internasional, yang paling besar Festival Film Busan. Festival ini berperan penting dalam mengenalkan film baru dan sutradara pemula kepada penonton. Selain itu, dapat membantu produksi film masa depan karena menghubungkan sutradara dan talenta baru ke sumber pendanaan potensial.

4. Tanpa Sensor

Alih-alih menyensor atau memotong adegan, mereka membiarkan seperti keinginan sutradara dan hanya bergantung pada sistem Korean Media Ratings Boards (KMRB) untuk memastikan acara itu khusus untuk umur tertentu. Nah, nantinya terserah pembuat film jika memang menyensor atau memotong adegannya jika mengingingkan rating usia di bawahnya.

Kayaknya ini sih bakalan sulit diterapin di Indonesia ya, guys!

5. Disediakan Pendanaan

Salah satu batu sandungan terbesar untuk industri film selalu pendanaan. Industri ini butuh banyak uang.

Pemerintah di sana menginvestasikan 380 miliar won untuk industri karakter animasi domestiknya. Dan, tahun ini, Kementerian Kebudayaan Korsel menggalang dana US$221 juta untuk membantu pembuat konten memproduksi konten populer seperti Squid Game. Kebijakan ini untuk menurunkan ketergantungan pembuatan konten pada platform asing.