Scroll untuk baca artikel
Terkini

Di balik Kemewahan Stadion Piala Dunia 2022 di Qatar, Banyak Hak Asasi Pekerja Migran yang Terampas

Redaksi
×

Di balik Kemewahan Stadion Piala Dunia 2022 di Qatar, Banyak Hak Asasi Pekerja Migran yang Terampas

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Piala Dunia 2022 akan berlangsung di Qatar. Perhelatan akbar tersebut akan berlangsung pada 21 November hingga 18 Desember 2022.

Kualifikasi masih berlangsung. Meski begitu, beberapa negara sudah memastikan langkahnya lolos ke Piala Dunia, di antaranya ialah Serbia, Spanyol, Jerman, Brazil, Denmark, Kroasia, Prancis, dan Belanda.

Namun, di balik euforia menyambut ajang bergengsi ini terdapat kisah pilu dengan mengorbankan HAM pekerjanya. Sejak ditetapkan sebagai tuan rumah pada tahun 2010, lebih dari 6.500 pekerja migran meninggal di Qatar.

Mengutip Guardian, pekerja itu berasal dari India (2.711 jiwa), Pakistan (824 korban jiwa), Nepal (1.641 korban jiwa), Bangladesh (1.018 korban jiwa), dan Sri Lanka (557 korban jiwa). Data dari kelima negara tersebut mengungkapkan terdapat 5.927 kematian pekerja migran pada periode 2011 hingga 2020.

Jumlah korban meninggal diperkirakan lebih tinggi. Sebab, angka-angka itu belum termasuk kematian dari sejumlah negara yang mengirim pekerja ke Qatar yaitu Filipina dan Kenya.

Maret lalu, pemain dari tiga negara Eropa menunjukkan keprihatianannya atas perlakuan pekerjaan migran ketika tekanan meningkat terhadap otoritas Qatar.

Seperti tim Belanda berbaris sebelum pertandingan dengan Latvia mengenakan kaos bertuliskan “Football Supports Change”. Sebuah laporan AFP menuliskan jika bek Belanda, Matthijs de Light menekankan pentingnya bagi pemain bersatu untuk membantu melindungi pekerja.

“Kami tahu bahwa para pekerja yang membangun stadion di bawah kondisi yang amat sulit,” tutur de Light.

Kemudian, tim Norwegia mengenakan kaos dengan pesan “Human Rights, on and off the pitch” (hak asasi manusia di dalam atau di luar lapangan) sebagai bentuk dukungan bagi pekerja migran yang membangun stadion Piala Dunia di Qatar.

Menyusul, anggota tim sepak bola nasional Jerman juga menunjukkan dukungannya terhadap pekerja migran yang membangun stadion Piala Dunia 2022 di Qatar. Para pemain berbaris sebelum kickoff melawan Islandia dengan mengenakan kaos bertuliskan “Human Rights”.

Kemudian, mengutip Yle News, September lalu, kapten tim sepak bola Finlandia, Tim Sarv meminta para pemain, penggemar, jurnalis, dan siapa saja yang peduli dengan hak asasi manusi untuk lebih menekan otoritas Qatar dan FIFA atas perlakuan pekerja migran yang membangun stadion.

“Saya bukan ahli, tetapi sebagai kapten tim nasional Finlandia, saya tahu bahwa saya mungkin akan segera bermain di stadion yang membuat para pekerja kehilangan nyawa mereka,” kata Sparv.

Ia menambahkan jika terlambat sadar tentang masalah ini. Namun, Sparv menyebut masih ada waktu untuk memperbaiki dan bahkan menyelamatkan nyawa pekerja migran, serta mengakhiri pelanggaran HAM di negara tersebut.

Untuk itu, Sparv meminta semua pihak menyoroti Qatar.

“Fans perlu membicarakannya. Jurnalis perlu menuliskannya. Organisasi perlu menyorotinya. Dan para pemain benar-benar harus membicarakannya,” lanjut Sparv.

Amnesty International menuding pembangunan stadion Piala Dunia 2022 telah mengeksploitasi dan menyalahgunakan para pekerja migran sedangkan FIFA mengeruk banyak keuntungan.

Organisasi HAM internasional itu menemukan cara-cara pekerja migran yang membangun Stadion Khalifa dan Zona Aspire dieksploitasi. Pertama, biaya rekrumen yang mahal. Banyak migran mengadu nasib di Qatar agar dapat keluar dari kemiskinan dan pengangguran.

Akan tetapi, mereka harus membayar biaya yang tinggi kepada agen rekrutmen yang tidak bermoral di negara asalnya untuk mendapatkan pekerjaan mulai dari US$500 hingga US$4.300. Pada akhirnya, banyak migran yang terlilit utang sehingga membuat mereka takut meninggalkan pekerjaan ketika tiba di Qatar.