Scroll untuk baca artikel
Terkini

Diaspora Lakukan Penelitian untuk Penanganan Covid-19 Dalam Negeri

Redaksi
×

Diaspora Lakukan Penelitian untuk Penanganan Covid-19 Dalam Negeri

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Febi Dwirahmadi, dosen kesehatan global Griffith University Australia, menyebut bahwa penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia sudah menunjukkan kerja sama yang solid antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, termasuk diaspora Indonesia di luar negeri.

Lebih dari setahun pandemi merebak di dunia, Febi dan kolega-koleganya di Brisbane, Australia, telah ambil bagian lewat kerja sama dengan universitas-universitas di Indonesia untuk melakukan penelitian terkait penanggulangan Covid-19 di Indonesia.

“Yang sekarang sedang kita lakukan adalah kerja sama dengan Universitas Airlangga tentang ketangguhan masyarakat untuk menanggulangi pandemi,” kata Febi dalam webinar yang diselenggarakan oleh forum Musyawarah Indonesia, Kamis (26/8/2021) kemarin.

Febi mengatakan, salah satu pendekatan dalam penelitian tersebut adalah ecological public health, yang tujuannya adalah membuat masyarakat sehat melalui lingkungan yang juga sehat.

Dalam penjelasannya, Febi mengatakan sejauh ini selalu ada trade off antara kesehatan manusia dengan kesehatan lingkungan. Ia mencontohkan angka harapan hidup Indonesia yang meningkat dari usia 50 tahun (pada 1960) menjadi usia 71 tahun (pada 2017). Namun, di balik semakin sehatnya manusia di Indonesia tersebut, ternyata kesehatan lingkungan justru menurun.

“Angka harapan hidup semakin lama semakin tinggi, tetapi lingkungannya memburuk. Itu bisa dilihat dari kadar karbondioksida (meningkat), peningkatan keasaman air laut, deforestasi, pemakaian air, dan lain sebagainya,” jelas Febi.

Pandemi Covid-19, menurutnya, adalah dampak signifikan dari tidak selarasnya kesehatan manusia dengan kesehatan lingkungan. Rusaknya lingkungan telah sedemikian rupa mendekatkan manusia pada binatang-binatang liar yang semestinya berjarak, yang pada gilirannya menyebabkan spill over virus dari hewan ke tubuh manusia.

“Berdasarkan data, ada 75 persen dari penyakit new emerging infectious disease yang ternyata adalah zoonosis. Artinya penyakit itu berasal dari hewan … Dan kalau kita bicara Covid-19, Sars, Mers, HIV, dan Ebola itu semua asalnya dari hewan,” kata Febi.

Maka dengan begitu, Febi menilai penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kesehatan yang diperoleh manusia harus pula memperhitungkan keberlanjutan aspek-aspek penting lainnya. Kesehatan manusia (people) perlu dicapai lewat pendekatan ekonomi yang bertanggung jawab (profit) dan dapat dibenarkan secara ekologis (planet).

“[Selain people. profit, dan planet] saya ingin menambahkan aspek prophet. Untuk menyelamatkan lingkungan kita juga harus punya keimanan, dan saya pikir dengan demikian kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik,” pungkas Febi. [dmr]