Scroll untuk baca artikel
Terkini

Dihadang Pengunjuk Rasa, Perdana Menteri Selandia Baru Menanggapinya dengan Santai

Redaksi
×

Dihadang Pengunjuk Rasa, Perdana Menteri Selandia Baru Menanggapinya dengan Santai

Sebarkan artikel ini

Dihadang oleh pengunjuk rasa, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern  menyebutnya sebagai cerminan sebagai pengambil keputusan

BARISAN.CO – Nama Jacinda Ardern mungkin tidak asing lagi. Jacinda adalah Perdana Menteri Selandia Baru yang mendapatkan Penghargaan Aktivis Internasional Gleitsman 2020 Universitas Harvard pada 19 November 2020. Hadiah yang didapatkannya, ia sumbangkan untuk warga Selandia Baru yang belajar di universitas.

Pada pertengahan tahun lalu, majalah Fortune juga memberi Jacinda posisi teratas dalam daftar pemimpin terbesar. Itu didasarkan pada kepemimpinannya selama pandemi Covid-19 dan penangannya atas penembakan di masjid Christchurch serta letusan Whakaari 2019.

Sebagai pemimpin, Jacinda lebih mengutamakan keselamatan warganya. Ini terbukti, setelah varian Omicron merebak di Selandia Baru, Jacinda lebih memilih membatalkan pernikahannya.

Saat itu, dia mengatakan pembatalan pernikahannya tidak berarti apa-apa ketimbang orang-orang yang harus berjauhan dari orang yang dicintainya karena sakit.

Tak Khawatir Didemo

Kini, Jacinda, lagi-lagi menunjukkan bukti bahwa ia memang seorang pemimpin. Mengutip Guardian, Jacinda mengaku sama sekali tidak khawatir dengan keselamatannya setelah van yang ditumpanginya, dikejar dan dipaksa menepi oleh pengunjuk rasa anti-vaksinasi.

Rekaman kejadian pekan lalu itu menyebar di media sosial. Pengunjuk rasa meneriakkan “Anda memalukan” dan “kami tidak setuju.

Mobil lain terlihat mengejar van yang ditumpangi Jacinda dan dari dalam mobil tersebut seseorang menyebut Jacinda sebagai seorang Nazi.

 Insiden itu terjadi di tengah peningkatan ancaman terhadap politisi dan tokoh masyarakat yang terlibat dalam respons pandemi di Selandia Baru. Berdasarkan data polisi yang dirilis di bawah Undang-Undang informasi resmi, ancaman terhadap anggota parlemen di sana mencapai level tertinggi dalam satu bulan terakhir.

Ancaman terhadap politisi yang cukup serius hingga memicu laporan ke polisi masih relatif jarang di Selandia Baru. Rata-rata sekitar lima laporan ancaman per bulan menjelang akhir tahun lalu, namun kadang melonjak hingga 16 laporan ancaman.

Polisi di sana menyebut insiden tersebut termasuk ancaman melukai dan membunuh politisi termasuk satu orang yang mengancam akan mengebom parlemen di Selandia Baru.

Jacinda dengan santainya menyampaikan insiden yang menimpanya bagian dari pekerjaan.

“Saya melihat itu hanya sebagai cerminan dari fakta bahwa kita adalah pengambil keputusan. Dan, jika orang tidak menyukai keputusan yang dibuat, maka kamilah yang tentu saja akan mendengar umpan balik tentang itu,” kata Jacinda pada Selasa (25/1/2022).

Dia juga menambahkan dalam pekerjaanya selalu ada pengalaman baru dan berbeda setiap harinya.

“Kami berada di lingkungan saat ini memiliki intensitas yang tidak biasa di Selandia Baru. Saya juga percaya bahwa seiring waktu itu akan berlalu,” tambah Jacinda.

Protes Aturan Vaksin

Pada akhir 2021, parlemen Selandia Baru meningkatkan keamanan setelah adanya laporan dari anggota parlemennya yang menjadi sasaran pelecehan anti-vaksin. Layanan parlemen juga turut menambah sedikit anggaran untuk membantu anggota parlemen untuk mengubah kunci atau sistem keamanannya.

Sebagian besar warga Selandia Baru, dengan hampir 95 persen orang dewasa yang telah divaksinasi.

Aturan mandat terbaru dari negara itu ialah orang-orang yang tidak divaksin, maka tidak tidak diperkenankan makan di dalam ruangan atau mengunjungi tempat usaha seperti penata rambut dan pusat kebugaran.

Melihat bagaimana Jacinda memimpin, terlihat betapa ia begitu mengkhawatirkan keselamatan warganya dengan membuat aturan yang melindungi mereka. Bahkan dengan aturan itu ia harus rela membatalkan pernikahannya.