Scroll untuk baca artikel
Risalah

Doa Ketika Lampu Mati, Ajaran Rasulullah Kepada Aisyah

Redaksi
×

Doa Ketika Lampu Mati, Ajaran Rasulullah Kepada Aisyah

Sebarkan artikel ini

Doa ketika lampu mati termaktub dalam Kitab Tafsir Jalalain karya karya Syekh Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli

BARISAN.CO – Rasulullah Saw mengajarkan kepada Aisyah tentang doa ketika lampu mati. Namun perlu diketahui bahwasanya rumah Rasulullah Saw bersama Aisyah sangat sederhana, tidak seperti istana yang mewah dan megah.

Rumah kediaman Rasulullah ditempati bersama para istri yang bisa dibilang kamar-kamar atau ruangan-ruangan kecil yang terletak di perkampungan Bani Najjar di sekeliling masjid Nabawi. Dari beberapa kamar tersebut ada kamar yang ditempat Aisyah.

Adapun kisaran kamar Aisyah sekitar enam atau tujuh hasta, sedangkan 1 hasta kisaran 0,45 meter. Jadi kamar Aisyah 7×0,45 m yakni 3,15 m persegi. Sedangkan dindingnya terbuat dari tanah liat dan atapnya terbuat dari daun kurma.

Atapnya sangat rendah sehingga ketika ada tamu, tamu tersebut dapat menyentuh atapnya. Itulah gambaran rumah Rasulullah Saw bersama Aisyah yang sangat sederhana.

Soal lampu penerang, di rumah Rasulullah bersama Aisyah tidak ada lampu penerang. Aisyah mengisahkan, “Pernah selama empat puluh malam pada masa Rasulullah Saw, rumah beliau tidak diterangi oleh lentera atau apa pun yang sejenisnya.” (HR. Thayalisi dan Ishaq bin Rahawaih).

Adapun doa ketika lampu mati termaktub dalam Kitab Tafsir Jalalain karya karya Syekh Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli sebagaimana dikutip dari NU Online

“Pada suatu malam yang hening. Rasulullah Saw saat sedang berdua dengan istrinya, Sayyidah Aisyah Ra. Saat itu Rasulullah Saw dan Aisyah lagi asyik bercengkrama, lalu tiba-tiba pelita penerang rumah sederhana namun penuh bahagia itu padam seketika. Keadaan berubah menjadi gelap gulita.

Dengan tenang, Rasulullah Saw lantas berucap penuh dengan rasa cinta:

 إِنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un.

Artinya, “Sesungguhnya kita semua adalah kepunyaan Allah Swt, dan hanya kepada-Nyalah kita semua kembali.

Mendengar ucapan Rasulullah Saw  lantas Sayyidah Aisyah meminta penjelasan dan berkata, “Sesungguh (yang mati) ini hanyalah lampu penerangan.”

Ya, mungkin saat itu sependek pemikiran Sayyidah ‘Aisyah, kalimat tarji’ (bacaan innalillahi) hanya diucapkan ketika terjadi musibah yang luar biasa.

Seperti ketika ada saudara muslim meninggal dunia atau terjadi bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa. 

Tetapi ternyata bagi Rasulullah Saw lain, beliau kemudian menjelaskannya dengan berkata, “Segala sesuatu yang menyusahkan seorang mukmin maka itu adalah musibah.”

Jadi ketika lampu mati membaca doa:

 إِنَّا للهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un.

Artinya, “Sesungguhnya kita semua adalah kepunyaan Allah Swt, dan hanya kepada-Nyalah kita semua kembali.

Demikianlah doa ketika lampu mati ajaran Nabi, jadi tidak perlu panik ketika lampu mati atau saat dalam keadaan gelap gulita. Semoga bermanfaat.