BARISAN.CO – Polemik kerja sama pertahanan Australia, Inggris dan Amerika Serikat (AUKUS) terus bergulir. Kerja sama trilateral ini disebutkan tidak otomatis memberi peluang Australia memiliki senjata nuklir.
“Propeler kapal selam itu nantinya menggunakan kekuatan nuklir bukan kapal selam akan membawa senjata nuklir,” tegas Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins dalam kuliah tamu ‘Meet the Ambassador Series” yang digelar secara virtual, Rabu (22/9/2021) petang. Kegiatan ini merupakan kerja sama Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) dan Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE).
Kuliah tamu ini bertajuk ‘Global Britain, Indo-Pacific and the future of UK-Indonesia Strategic Relationship’. Dalam kegiatan ini, Kepala CIDE yang juga merupakan dosen PGSD, Dr. Anton Aliabbas bertindak sebagai moderator. Kegiatan ini turut dihadiri Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini; Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dr. Fatchiah Kertamuda; Dekan Fakultas Falsafah dan Peradaban Tia Rahmania, MPsikolog; Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy Dr. phil. Shiskha Prabawaningtyas, dan Ketua Prodi S1 Hubungan Internasional, Dr. Tatok Djoko Sudiarto.
Selanjutnya, Dubes Jenkins menjelaskan AUKUS bukanlah kerjasama pertahanan yang baru. Menurutnya, Inggris dan Australia telah menjalin kolaborasi sejak 1914. Sedangkan kerja sama Inggris dan Amerika Serikat telah terbangun selama 60 tahun.
“AUKUS bukanlah sebuah perjanjian (treaty) atau pakta (pact) tetapi merupakan pengelolaan keamanan (security arrangement). Ini [AUKUS] telah melalui proses jangka panjang dan kerja sama panjang,” urai dia.
Dubes Jenkins menambahkan AUKUS merupakan salah satu komitmen negaranya dalam merespons satu dari empat tantangan di masa mendatang, yakni membangun sistem yang berbasis aturan internasional (international rules based system). Tantangan tersebut harus dihadapi melalui kolaborasi dengan pihak lain yang punya pemahaman yang sama.
“Kami memiliki komitmen untuk mendorong kerja sama bilateral dan multilateral dalam menghadapi kompleksitas tantangan global . Sebagai produsen kapal selam, kami harus bekerja sama dengan negara lain dan AUKUS tidak akan mengarah pada transfer teknologi senjata nuklir,” terang Dubes Jenkins.
Lebih lanjut, dirinya mengidentifikasi tiga tantangan lain yang harus direspon dengan upaya kolaboratif dan multilateral. Tantangan perubahan iklim, menurutnya, memerlukan tindakan konkret. “Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan juga anggota G-20 memiliki peran strategis,” cetus dia.