Scroll untuk baca artikel
Terkini

Dunia Masih Berdebat Terkait Penghapusan Hak Paten Vaksin

Redaksi
×

Dunia Masih Berdebat Terkait Penghapusan Hak Paten Vaksin

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COPada Rabu (5/5), Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendukung negara-negara miskin untuk mengakses hak paten vaksin Covid-19. Ia menyampaikan dukungannya setelah menyetujui penghapusan sementara hak kekayaan intelektual untuk vaksin.

Biden tunduk pada tekanan yang meningkat dari anggota parlemen Demokrat Amerika Serikat dan juga lebih dari 100 negara.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kepala WHO dalam cuitannya di Twitter menyatakan bahwa langkah Biden tersebut merupakan momen monumental dalam perang melawan Covid-19 dan merupakan cerminan kebijaksanaan dan kepemimpinan moral Amerika Serikat.

Sementara itu di sisi lain, ada perusahaan dan asosiasi farmasi menolak usulan tersebut karena dianggap akan dapat mengganggu rantai pasokan vaksin. Federasi Produsen dan Asosiasi Farmasi Internasional (IFPMA), menganggap penghapusan paten sementara boleh jadi solusi praktis, namun itu punya dampak masa depan yang menyebabkan gangguan.

Sikap yang sama juga dikeluarkan Bill Gates. Dalam wawancaranya dengan Sky News, Bill Gates menolak dengan tegas ide terkait penghapusan paten sementara. Menurutnya, tidak ada relevansi antara kekayaan intelektual dengan upaya global untuk mengendalikan pandemi.

Jerman juga ambil posisi berselisih dengan ide penghapusan paten sementara. Dikutip dari DW, seorang juru bicara kepresidenan Jerman mengatakan usulan AS memiliki implikasi yang signifikan untuk produksi vaksin secara keseluruhan.

“Faktor pembatas dalam produksi vaksin adalah soal kapasitas produksi dan standar kualitas yang tinggi. Bukan hak paten. Perlindungan kekayaan intelektual adalah sumber inovasi dan harus tetap demikian di masa depan,” kata sang jubir.

Di masa normal, paten mempertahankan keuntungan perusahaan multinasional yang membuat obat dan vaksin sehingga menjadi illegal bagi pesaing dalam menghasilkan versi tiruan dengan harga yang murah.

Namun lantaran asumsi itu barangkali dirasa tidak berlaku di masa krisis, banyak pihak mendukung penghapusan hak paten. Dalam hal ini, Uni Eropa pun bersedia membahas proposal penghapusan hak kekayaan intelektual vaksin. Hal itu disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula Von der Leyer pada Kamis (6/5/2021) yang membuat harga saham perusahaan farmasi terjun bebas.

“UE mendesak semua negara penghasil vaksin untuk mengizinkan ekspor dan menghindari tindakan yang mengganggu mata rantai,” kata Von der Leyer.

Afrika Selatan dan India sebelumnya telah membuat proposal penghapusan kepada WTO serta mengumpulkan dukungan dari banyak negara berkembang agar vaksin dapat diakses lebih luas.

“Hasilnya tidak akan besok. Apa yang kami butuhkan sekarang dan paling mendesak adalah vaksin yang dapat kami berikan kepada orang-orang sambil mengembangkan kapasitas produksi kami sendiri,” kata Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Afrika, John Nkengasong.

Baik Afrika Selatan maupun India akan merevisi proposal penghapusan paten mereka menjelang pertemuan WTO berikutnya pada bulan Mei dan pada 8-9 Juni nanti.

Dukungan pada penghapusan hak paten juga datang dari Pangeran Harry dan Meghan Markle. Mereka telah menuliskan surat terbuka kepada kepala eksekutif perusahaan farmasi seperti Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca yang mendesak agar produsen vaksin bertindak dengan tanggungjawab dan meningkatkan alokasi dosis yang didistribusikan ke bagian dunia yang lebih miskin. []