Scroll untuk baca artikel
Terkini

Eksplorasi Arsitektur Peninggalan Peradaban Islam

Redaksi
×

Eksplorasi Arsitektur Peninggalan Peradaban Islam

Sebarkan artikel ini

Bentuk masjid Djinguereber khas Afrika ini dengan material lokal berupa tanah liat dan lumpur menjadi dinding bangunan. Selain itu, dapat dilihat terdapat kayu-kayu yang ditancapkan tegak lurus sebagai perkuatan dan juga estetika.

“Dari dua masjid ini dijelaskan juga bahwa keduanya tidak menggunakan pola hypostyle sebagaimana umumnya masjid-masjid yang ada di jazirah arab dan sekitarnya,” ujarnya.

Anisa menambahkan, dua benteng yang dipresentasikan dalam seminar ini adalah Benteng Merah Agra dan Benteng Salahuddin. Benteng merah Agra berkaitan dengan Dinasti Mughal, yang didalamnya terdapat beberapa bangunan antara lain istana, masjid dan markas militer. Begitupula dalam benteng Salahuddin, di dalamnya tidak hanya terdapat istana melainkan juga terdapat museum dan empat buah masjid.

“Karena benteng-benteng ini tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan saja melainkan juga sebagai kediaman,” ujarnya.

Bangunan lain yang dibahas adalah Observatorium Ulugh Beg, sebagai salah satu observatorim peninggalan peradaban Islam. Observatorium ini terletak di Uzbekistan. Kecintaan Ulugh Beg pada ilmu pengetahuan inilah yang melatarbelakangi pembangunan Observatorium. Bentuk asli observatorium ini adalah silinder, dengan ketinggian setara tiga lantai.

“Observatorium ini penting artinya bagi muslim, karena tidak hanya untuk menyingkap fenomena langit tetapi juga digunakan untuk menentukan waktu sholat,” ujarnya.

Karena itulah, kata Anisa, nama Ulugh Beg diabadikan menjadi nama observatorium, sebagai bentuk kecintaannya pada ilmu astronomi.

Dalam sejarah Islam tercatat astronomi merupakan bidang ilmu yang berkembang pesat pada masa kejayaan Islam. Terdapat nama-nama astronom muslim, antara lain Ghiyas Al Din Jamshid, Nasiruddin Al Tusi, Al Biruni, Al Battani dan masih banyak lainnya.

Seperti Nasiruddin Al Tusi berjasa dalam membangun observatorium Maragha yang merupakan pusat penelitian fenomena langit yang juga dilengkapi dengan perpustakaaan 400 ribu judul. Di Istambul pada masa Turki Utsmani dikenal Observatorium Istambul yang didanai oleh kesultanan Turki Utsmani dan dikelola oleh Taqi Al Din seorang astronom dan ilmuwan serba bisa.

Dalam paparannya Anisa juga menjelaskan, usai mahasiswa mempresentasikan obyek arsitektural tersebut, maka diskusi dilakukan bersama dengan dua pembahas, yaitu Dr. Ashadi, M.Si, CIQaR, CIQnR dan Anisa, ST, MT, CIQaR, CIQnR.

Dosen pembahas memberikan masukan sesuai dengan bidang keilmuan di Prodi Arsitektur UMJ.

Pembahas menekankan tentang pentingnya mencantumkan sumber dalam pengambilan data sekunder secara benar, dan kedalaman analisis pada eksplorasi yang dilakukan.