BARISAN.CO – Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu. Dewasa ini seorang Ibu tidak lagi hanya mengurus rumah tangga, namun juga urusan di luar rumah.
Untuk memperingatinya, pada hari Selasa (28/12/2021) Barisan Emak-Emak Milenia menyelenggarakan diskusi hybrid dengan tema “Emak-Emak Merdeka dari Pinjaman Online”.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta, Fery Farhati, S.Psi, M.Sc. dalam sambutannya mengatakan saat ini seorang ibu banyak mengambil peran di tengah keluarga dan juga masyarakat.
“Dan salah satunya adalah peran menjadi pengelola keuangan keluarga. Istilah lainnya menjadi menteri keuangan di rumah masing-masing,” kata Fery.
Menurut Fery, peran ini semakin terasa ketika dihadapkan pada masa yang menantang seperti pandemi. Banyak ibu mengambil peran turun langsung mengatasi permasalahan yang muncul mulai dari mencari penghasilan tambahan, memperketat cash flow keluarga, hingga menghadapi keterdesakan untuk mencari pinjaman.
“Dengan banyaknya hal yang harus dilakukan, ibu perlu memiliki literasi keuangan. Literasi keuangan adalah ketika seseorang memiliki kemampuan membedakan apakah itu bermanfaat, apa saja risikonya, apa saja hak dan kewajibannya terkait produk dan jasa keuangan. Dengan demikian, kita bisa mengambil keputusan keuangan secara sadar dan memahami risiko yang timbul dari keputusan tersebut,” kata Fery.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak godaan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Namun karena tawaran menarik, ditambah diskon serta influencer yang memikat, sering kali muncul hasrat untuk membeli.
Hasrat itu semakin membesar meski keuangan terbatas. Di sini kemudian metode seperti pinjaman online (pinjol) dan Paylater oleh e-commerce memainkan peran. Metode dan kemudahan yang mereka tawarkan membuat seseorang akhirnya tergerak membeli.
Di sinilah pentingnya kaum ibu mengenali layanan pinjol dan paylater lebih dekat. Sebab, tak sedikit penyedia layanan ini pada akhirnya justru mempersulit keuangan sebuah keluarga. Kepala Divisi Pembiayaan UMKM Syariah dari Bank DKI, Eko Filtra, yang juga hadir dalam webinar, mengungkapkan alasan begitu pentingnya literasi keungan.
Pertama, menurut Eko, literasi keuangan penting sebab kaum ibu adalah critical economic players. Mereka memegang peran penting untuk mengenali sekaligus mengajarkan kepada anak-anak tentang seluk-beluk pinjol dan sejenisnya.
“Coba dibayangkan untuk lima hingga lima belas tahun ke depan betapa canggihnya dari sisi fintech ini. Jika anak-anak kita tidak memahami mengenai literasi keuangan mungkin mereka akan sangat mudah terjebak dengan penggunaan fintech sehingga perlu bagi kita bersama mengajarkan mereka,” kata Eko.
Mengutip survei nasional 2019, tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun itu baru sekitar 16 persen. Menurut Fitra, dengan rendahnya literasi keuangan, anak muda akan lebih rentan secara finansial dan berpotensi lebih banyak menghabiskan uang demi kesenangan.
Kaum ibu punya tanggung jawab besar untuk mengajarkan pemahaman keuangan pada anak. Apalagi, generasi muda sangat mudah teperdaya dengan influencer yang diangkat oleh e-commerce sebagai duta merek.
Padahal, masa depan mereka harus pula didukung pengetahuan untuk memahami betapa pentingnya menabung atau melakukan investasi untuk penambahan jumlah aset.
Eko juga mengingatkan dengan literasi keuangan yang rendah akan jauh lebih mudah tertipu dengan investasi bodong dan layanan travel atau umroh perjalanan wisata yang mungkin tidak amanah.
Tips Mengajarkan Literasi Keuangan Sejak Dini Kepada Anak
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, orang tua perlu mengedukasi anak tentang literasi keuangan yang baik. Oleh karena itu, Eko memberikan tips mengajarkan literasi keuangan sejak dini kepada anak.