Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Tahun 2022, Filosofi Angka 2: Polaritas dan Keharmonisan

Redaksi
×

Tahun 2022, Filosofi Angka 2: Polaritas dan Keharmonisan

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Filosofi angka 2 dalam kehidupan begitu agung dan mulia, sebab angka yang berpasangan atau angka genap. Makna dari angka 2 tersebut merupakan angka yang memperlihatkan harmoni kehidupan.

Angka 2 memiliki beragam filosofi karena angka tersebut merupakan lambang makhluk ciptaan Allah Swt. Kejadian penciptaan manusia, yang awalnya Nabi Adam adalah simbol kesendirian, diciptakanlah Hawa sebagai simbol berpasangan.

Didalamnya merupakan kehidupan yang saling melengkapi, suatu persoalan yang bertentangan. Pertentangan tersebut seperti negatif dan positif, laki-laki dan perempuan, yin dan yang, baik dan buruk serta lain sebagainya.

Berikut ini akan dijelaskan beragam filosofi angka 2 dalam berbagai perspektif peradaban kuno dan tradisi yakni agama Islam, Yahudi dan Kristen. Sebagaimana dikutip dari buku berjudul The Mystery of Numbers karya Annemarie Schiemmel dan filosofi lain untuk memaknai angka 2.

Friedrich Rückert penyair dari Jerman menulis dalam epos didaktifnya “The Wisdom of the Brahmin”:

Die zwei ist zweifel, zwist, ist zwietracht, zwiesphalt, zwitter, zwitters.
Die zwei is zweillingfrucht am zweige, sub and bitters.

Artinya:
Dua adalah keraguan, perpecahan, perselisihan, pertikaian, kebencian.
Dua adalah buah kembar di ranting, manis dan pahit.

Ruckert menulis banyaknya karakteristik negatif yang dimiliki angka 2. Pada tradisi-tradisi keagamaan, filosofi angka 2 berarti perpecahan, keterbelahan kesucian yang absolut.

Persoalan kesucian absolut yang terbelah, hal ini tidak bisa dianggap dengan persamaan matematika 1 + 1 = 2. Oleh karena dari sudut pandang esoteris dam mistis, hanya ada “Yang Esa,” tidak mungkin ditambah atau dikalikan. Jika satu dewa ditambah dewa lain sama dengan 2 dewa, maka keduanya tidak bisa lagi disebut sebagai Yang Esa.

Angka Polaritas

Angka dua hanya dengan makhluk, karena tanpa polaritas kehidupan material tidak akan ada. Seperti halnya arus listrik memiliki kutub positif dan negatif.

Sebagaimana filosof Jerman, Johann Wolfgang von Goethe menunjukkan pengetahuan tentang misteri polaritas. Goethe menuliskan:

Im atemholen sind zweierlei gnaden
Dua danke gott, wenn er dich presst
Und danke ‘ihm wenn dich wieder anltasst

Artinya:
Ada dua keanggunan ketika bernafas. Engkau harus bersyukur. Ketika dia menyempitkanmu dan melapangkanmu.

Jalaluddin Rumi penyair dari Persia membincang keesaan dengan membandingkan kata penciptaan Allah yakni “kun” yang artinya jadilah. Kun dengan sebuah tali terpilin dari dua benang yang dalam bahasa Inggris disebut dengan twine, sedangkan dalam bahasa Jerman Zwein yang keduanya berasal dari kata dasar “two.”

Menurut Rumi, benang terpilin ini terlihat dalam semua manifestasi makhluk, tetapi orang-orang bodoh yang terjerumuskan untuk mempercayai keanekaramganan tertipu olehnya. Sementara orang-orang arif mengetahui bahwa “keesaan” tersembunyi dibalik keanekaragaman yang kasat mata.

Sementara itu, dalam pemikiran Cina yang dipakai dalam ramalan-ramalan I Ching menjadi saksi betapa majunya seni ramal-meramal yang didasari oleh konsep-konsep psikologi.

Seperti simbol Yin dan Yang di Cina merupakan kekuatan alamiah feminim (gelap) dan maskulin (terang). Sehingga simbol Yin dan Yang atas dua dasar warna yakni hitam dan putih. Keduanya berasal dari satu primodial (Tai Chi).

Tai Chi
Simbol Yin dan Yang “Tai Chi”

Gereja Kristen juga mempunyai interprestasi negatif atas filosofi angka 2, yang dipandang sebagai penyimpangan dan ketunggalan. Bukankah tertulis dalam kitab Injil bahwa 2 binatang kotor dari setiap ras diselamatkan ke dalam bahtera Nabi Nuh.

Selain itu juga, angka 2 juga mempunyai sifat positif, dalam penafsiran Kristen abad Pertengahan. Angka ini menunjuk pada dua perintah untuk mencintai Tuhan dan mengasihi tetangga.