SEBUTAN ‘Little Jokowi’ istilah yang belakangan ini dipopulerkan analis politik Rocky Gerung sebagai kata ganti atau atribusi untuk Ganjar Pranowo, gubernur Jawa Tengah yang menurut survei menempati posisi pamuncak sebagai bakal calon presiden 2024.
Istilah ‘Little Jokowi’ ini sangat menarik. Kenapa misalnya Ganjar tidak disebut Jokowi Junior atau Jokowi Jr. seperti halnya George Bush Jr. dan lain sebagainya yang sangat biasa di Amerika Serikat.
Istilah ‘junior’ memang maknanya lebih erat keterikatan keluarga secara biologis (DNA). Sementara ‘little’ tak ada kaitannya sama sekali dengan keturunan bila pun ada keterikatan itu sebatas profesi, karakter, anak didik atau mungkin ideologis.
Misalnya Zayn Ali Salman, anak berusia 6 tahun dijuluki sebagai ‘Little Messi’. Murid akademi sepak bola Arsenal ini mendapat julukan itu karena memiliki kemampuan impresifitas di luar kewajaran. Maka pujian atas kekaguman dan apresiasi yang tinggi kalangan media dan juga pengamat bola menyebutnya ‘Little Messi’.
Lalu, apakah sebutan ‘Little Jokowi’ kepada Ganjar sebagai pujian atau justru sebaliknya? Tentu ini bisa menjadi perdebatan penting dan produktif. Tergantung dari sisi mana memandang dan menelisiknya?
Karena istilah itu dilontarkan Rocky Gerung seorang oposan merdeka sudah pasti konteksnya negatif. Artinya, Ganjar adalah pewaris ide dan gagasan serta mungkin bila nanti berkuasa yang akan ‘melindungi’ dan meneruskan projek Ibu Kota Negara (IKN) Jokowi. Singkatnya, dalam kebijakan Jokowi dan Ganjar sama saja! Kira-kira begitu menafsirkan analisis Rocky Gerung.
Sebutan itu sebenarnya bisa produktif bila pendukung, simpatisan atau relawan Ganjar dapat mengglorifikasinya secara terukur. Bila hanya bermain dalam tataran pencitraan di media sosial memang publik akan memandangnya negatif. Karena istilah pencitraan sudah melekat dengan Presiden Jokowi.
Begitu juga Ganjar harus bisa menjaga jarak dengan BuzzerRP yang selama ini menjadi penyokong desiminasi dan fabrikasi informasi melawan oposisi atau mengawal kebijakan pemerintah. Bila Ganjar tidak menjaga jarak, publik tetap memandangnya memang pantas disebut ‘Little Jokowi’.
Tugas simpatisan dan relawan Ganjar memang berat. Sebutan ‘Little Jokowi’ bila dibiarkan liar akan menggerogoti popularitas dan juga mungkin elektabilitas Ganjar terutama dari massa mengambang yang sampai saat ini belum menentukan pilihannya atau sudah menentukan pilihan tetapi masih bisa berubah.
Arkian, dalam 20 bulan ke depan popularitas Ganjar bakal ditentukan juga oleh popularitas Presiden Jokowi. Logikanya, semakin populer Jokowi maka akan semakin moncer pula nama Ganjar. Begitu juga sebaliknya.
Namun, sepertinya akan sulit untuk terus mempertahankan popularitas Jokowi. Bukan karena pemerintah sudah tidak efektif tetapi juga sejumlah infrastruktur yang dibangun dan menjadi mercusuar Jokowi tersendat dan mangkrak. Dari mulai kereta cepat Jakarta-Bandung, kereta layang (LRT), tol hingga bandara yang sepi.
Kenapa pemerintahan Jokowi dianggap tidak efektif paling tidak menurut politikus Partai Gelora Fahri Hamzah, menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju sibuk jualan dan kampanye. Ngak ada yang konsentrasi ngurus rakyat.
“Kasihan Pak Jokowi,” kata Fahri, emosional.
Naam, sekarang tinggal pilih apakah Ganjar akan mempertahankan dan mengglorifikasi ‘Little Jokowi’ atau menanggalnya secara pelan-pelan?