Scroll untuk baca artikel
Kolom

Haji Mabrur

Redaksi
×

Haji Mabrur

Sebarkan artikel ini

“ … mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (Makkah). Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tiada memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” QS. Ali-Imran: 97)

ISLAM agama rahmatal lil’alamin yang membawa pesan perdamainan, hal ini sesuai dengan makna Islam itu sendiri yakni “damai”. Perdamaian dalam Islam memiliki arti perdamaian dengan Allah maupun manusia.

Perdamaian dengan Allah memiliki arti berserah diri kepada Allah, sedangkan dengan manusia yakni menjauhkan diri dari perbuatan keburukan dan kemungkaran kepada sesama akan tetapi selalu berbuat baik dengan sesama.

Sedangkan Islam sendiri dibangun dengan pondasi berupa rukun Islam, rukun tersebut sebagai pondasi tegaknya din al-Islam yang berjumlah lima. Kelima rukun tersebut adalah syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Di dalamnya mengandung bimbingan kepada manusia, bagaimana seharusnya ia berhubungan dengan sang pencipta dan berinteraksi dengan sesama makhluk.

Salah satu rukun Islam tersebut yakni ibadah haji (rukun Islam kelima). Ibadah haji merupakan ibadah yang terbaik, karena bukan hanya melibatkan aspek badaniah (jasmaniyah), tapi juga maliah (harta). Bahkan juga aspek ruhaniyah.

Ibadah ini merupakan ibadah yang istimewa, kenapa demikian?, karena ibadah haji merupakan jamuan dari Allah yang itu berarti bahwa orang yang melaksanakan ibadah haji merupakan tamu Allah, yaitu dengan mendatangi rumah Allah (baitullah).

Berbeda seperti biasanya kalau kita bertamu, kita akan menerima apa saja yang disuguhkan tuan rumah, di rumah Allah orang yang berhaji dipersilahkan meminta apa yang diinginkan kepada sang tuan rumah (Allah), dan pasti akan dikabulkan oleh Allah.

Selain itu, ibadah haji merupakan ibadah yang sangat banyak mengandung unsur napak tilas terhadap perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw. Karena dilaksanakan di Baitullah, tempat yang disucikan, tempat lahirnya ajaran- ajaran tauhid. Mengali Makna Haji Bagi umat Islam ibadah haji merupakan keinginan yang luar biasa karena didalamnya hanya diperuntukan bagi orang yang mampu atau sanggup.

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali-Imran: 96)

Bagi seorang yang berkeinginan melaksanakan ibadah haji ia harus mengeluarkan biyaya yang tidak sedikit, bahkan mencapai puluhan juta. Bahkan rela antri bertahun-tahun untuk mendapatkan jatah tiket berangkat ke Arab Saudi.

Sudah menjadi tradisi atau apa, ibadah haji seakan menjadi sesuatu yang “wauw”, karena berbagai macam acara di gelar seperti upacara pemberangkatan yang diiringi puluhan hingga ratusan orang.

Jika telah pulang para jamaah haji seakan menyandang gelar Haji, dengan membawa oleh-oleh yang banyak dan syukuran haji yang menghabiskan dana tidak sedikit.

Namun alangkah ironis jika di sekelilingnya masih ada orang yang membutuhkan uluran tangan, ada orang yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah, anak jalanan, mushala yang rusak ataupun jalan kampung yang membutuhkan perbaikan.

Makna-makna ibadah haji akan terlihat jelas bila ditempatkan dalam perspektif gerakan kemanusiaan yang mengibarkan lambang abadi pesan egaliter sebagai salah satu manifestasi dalam doktrin monoteisme warisan Nabi Ibrahim, sang bapak spiritual dari seluruh agama tauhid. Dilihat dari aspek spiritualnya, ibadah haji merupakan pucak taqarrub illahiyyah (upaya pendekatan diri kepada Allah).

Sedangkan dilihat dari aspek sosial edukatifnya, ibadah haji merupakan upaya pendekatan kemanusiaan. Dengan demikian dalam pelaksanaan ibadah haji, berpadu dua nilai, yaitu nilai moral spiritual dan nilai sosial.