Sepanjang semester I-2022, bank masih mengandalkan Hapus Buku Kredit sebagai strategi kredit macet.
BARISAN.CO – Non performing loan (NPL) adalah rasio kredit bermasalah, dan guna menjaga rasio itu dalam level yang wajar, bank dapat melakukan hapus buku kredit macet (write off) yang tidak dapat ditagih lagi dari neraca sebagai salah satu strategi.
Tercatat sepanjang semester pertama tahun ini, sejumlah bank besar mengalami kenaikan total jumlah hapus buku kredit. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), misalnya, telah melakukan hapus buku kredit sebesar Rp9 triliun hingga Juni 2022. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, hapus buku kredit itu naik dari Rp5,7 triliun, dikutip dari Kontan (14/08/2022).
Sama halnya dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mengalami kenaikan dari Rp4,9 triliun pada Juni 2021 menjadi Rp5,8 triliun per Juni 2022.
Lain halnya dengan bank-bank lain justru mengalami penurunan. Misalnya saja, PT Bank Mandiri Tbk yang mencatatkan penurunan jumlah hapus buku kredit dari Rp7,2 triliun menjadi Rp6,5 triliun. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatatkan penurunan dari Rp1,47 triliun menjadi Rp516 miliar dan dari Rp818 miliar menjadi Rp732 miliar.
Melansir dari Kontan (14/08/2022), Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto menerangkan alasan kenaikan hapus buku itu sebagian besar berasal dari segmen mikro dan segmen menengah kecil. Upaya hapus buku tersebut rencananya masih akan berlanjut sampai akhir tahun demi menjaga target NPL berada di kisaran 2,8% -3% pada tahun ini.
Beda dengan BNI, Direktur Manajemen Risiko BNI, David Pirzada menjelaskan peningkatan hapus buku di banknya justru banyak disebabkan oleh kredit-kredit lama sebelum tahun 2018. Sebelumnya, BNI telah berusaha mencarikan solusi dengan berbagai skema, seperti restrukturisasi atau mencari investor baru, tapi solusi tersebut tak juga membenahi kinerja debitur, ditambah lagi secara prospek bisnis sudah tidak bisa diharapkan pulih.
Lantaran menargetkan menurunkan NPL di bawah 3% hingga akhir tahun ini, BNI telah melakukan pencadangan 100% terhadap kredit hapus buku itu. Sebab, per Juni 2022, NPL BNI masih berada di level 3,2%, namun lebih baik dari periode yang sama tahun lalu, 3,9%.
Sementara itu, hapus buku yang dilakukan Bank Mandiri juga dilakukan terhadap kredit-kredit lama yang prospek bisnisnya sudah tidak lagi dapat diharapkan bakal membaik, menurut keterangan Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri, Ahmad Siddik Badruddin.
Untungnya, Bank Mandiri pada enam bulan pertama tahun ini mengalami penurunan hapus buku dikarenakan perbaikan kinerja debitur dan pertumbuhan kredit yang baik sebagaimana yang tercermin pada perbaikan kualitas portofolio kredit perseroan.
Tak beda dengan dua bank BUMN sebelumnya, Bank Mandiri juga bakal melanjutkan hapus buku sampai akhir tahun demi menjaga target NPL 2,3%-2,4% pada tahun ini. Per Juni 2022, NPL Bank Mandiri mampu berada di level 2.42%, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, turun dari 3,08%. [dmr]