Scroll untuk baca artikel
Terkini

Hari Sepeda Sedunia: Infrastruktur Baru Harus Memprioritaskan Sepeda Ketimbang Mobil

Redaksi
×

Hari Sepeda Sedunia: Infrastruktur Baru Harus Memprioritaskan Sepeda Ketimbang Mobil

Sebarkan artikel ini

Aktivitas fisik seperti bersepeda memiliki manfaat kesehatan, sosial dan ekonomi yang berlipat ganda, dan investasi dalam tindakan kebijakan dalam meningkatkan aktivitas fisik yang berkontribusi untuk tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

BARISAN.CO – Februari 2015, Leszek Sibilski, seorang profesor sosiologi dan aktivis bersepeda menulis blog untuk Bank Dunia berjudul Cycling Is Everyone’s Business. Setahun kemudia, Leszek kembali menerbitkan postingan di blog untuk Bank Dunia juga, Why is there no world day for the bicycle?

Barulah sampai akhirnya, tanggal 12 April 2018 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menetapkan 3 Juni sebagai Hari Sepeda Sedunia.

Menurut rencana aksi Global WHO bagi aktivitas fisik 2018-2031, aktivitas fisik memiliki manfaat kesehatan, sosial dan ekonomi yang berlipat ganda, dan investasi dalam tindakan kebijakan dalam meningkatkan aktivitas fisik yang berkontribusi untuk tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu aktivitas yang dipromosikan ialah bersepeda.

WHO juga menyebut, infrastruktur yang aman bagi pejalan kaki dan pesepeda adalah bagian mencapai kesetaraan kesehatan yang lebih besar. Bagi sektor perkotaan termiskin, yang sering kali tidak mampu membeli kendaraan pribadi, berjalan kaki dan bersepeda menjadi alternatif transportasi dan sekaligus mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan bahkan kematian. Selain itu, adil dan hemat biaya.

Memenuhi kebutuhan infrastruktur tersebut juga bagian penting dari solusi mobilitas yang membantu kota-kota memisahkan populasi dari peningkatan emisi dan meningkatkan kualitas udara serta keselamata di jalan.

Sayangnya, survei IPSOS terbaru menemukan, 52 persen orang menganggap bersepeda di daerahnya terlalu berbahaya. Survei itu dilakukan terhadap 507 orang dewasa di 28 negara di dunia. Sehingga, 64 persen orang setuju agar jalan dan infrastruktur baru di daerahnya harus memprioritaskan sepeda ketimbang mobil. Dari 28 negara yang disurvei, empat negara justru menunjukkan, tingkat kesukaan yang jauh lebih tinggi kepada mobil daripada sepeda, yakni Australia, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Kanada.

Infrastruktur memang memaikan peran penting dalam mendorong masyarakat beralih ke sarana transportasi lain guna menunjang kebutuhan mobilitas.

Ibu kota Belanda, Amsterdam menjadi salah satu kota paling ramah sepeda di dunia. Ada hampir 900.000 sepeda di ibu kota Belanda itu yang jumlahnya itu lebih banyak daripada manusia. Lebih dari 50 persen dari semua perjalanan kota dilakukan dengan sepeda.

Dengan rencana aksi, Amsterdam ingin lebih meningkatkan situasi parkir sepeda dan infrastruktur yang ada pada tahun ini. Salah satu langkahnya ialah dengan pelebaran jalur sepeda yang ada untuk menyalip dengan aman. Selain itu, total 11.000 ruang parkir mobil akan diubah menjadi ruang bagi pengendara sepeda pada tahun 2025. Mereka juga akan membuat jembatan baru untuk lalu lintas pejalan kaki dan sepeda yang sedang dibangun.

Pemprov DKI Jakarta juga sedang gencar-gencarnya membangun jalur sepeda. Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menargetkan membangun jalur sepeda sepanjang 190 kilometer di tahun ini. Bukan hanya membangun jalur pesepeda, Jakarta juga menyediakan layanan bike sharing yang tersedia di 9 lokasi parkir, seperti di halte bus Balaikota sisi selatan.

Desember 2021, Jakarta dinobatkan sebagai Kota Ramah Sepeda se-Indonesia oleh komunitas Bike to Work Community (B2W). Ini menjadikan Jakarta sebagai kota pertama di Indonesia yang mendapatkan penghargaan sebagai Kota Ramah Sepeda dengan kategori Kota Metropolitan.

Jakarta juga mendapatkan penyabet penghargaan Suistanable Transport Award 2021 dan menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang meraihnya. Hal ini berkat perogram integrasi antarmoda transportasi yang dinilai sangat baik.