Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Hello, Love, Goodbye: Ketika Cinta Tak Harus Memiliki

Redaksi
×

Hello, Love, Goodbye: Ketika Cinta Tak Harus Memiliki

Sebarkan artikel ini

Jika kebanyakan film romansa, demi sebuah cinta mereka mengorbankan banyak hal termasuk dirinya sendiri, Hello, Love, Goodbye berbeda.

BARISAN.CO – Cinta menjadi  kebutuhan mendasar dalam hidup. Tak heran bila genre film bertemakan cinta selalu menarik untuk ditonton. Dan dari ribuan cerita romansa yang pernah ada, saya memfavoritkan Hello, Love, Goodbye.

Film romantis asal Filipinan ini disutradari oleh Cathy Garcia-Molina serta dibintangi oleh aktor-aktris muda berbakat Kathryn Bernardo dan Alden Richards.

Rilis pada Juli 2019, film ini telah meraup keuntungan hingga 17 juta dollar. Tak hanya tayang di domestik, film ini juga bertengger di Box Office dunia yang tercatat sebagai film dengan pendapatan tertinggi di Timur Tengah, Australia dan Inggris.

Bahkan sinema ini disebut-sebut sebagai film terlaris dan tersukses dalam sejarah layar lebar negara beribukotakan Manila itu.

Film ini direkomendasikan teman sekitar dua tahun lalu. Bercerita tentang gadis bernama Joy yang bekerja sebagai Domestic Helper di Hongkong demi menghidupi keluarganya. Kehidupan Hongkong yang begitu keras membuat hari-hari Joy seperti di kejar waktu. Bekerja tak henti, sedikit tidur, dan makan terburu-buru.

Suatu hari ia bertemu dengan bad boy asal Filipina, Ethan, yang bekerja sebagai bartender di sebuah kafe. Joy dan Ethan kemudian berteman, saling mendukung satu sama lain, jatuh cinta,  dan menjadi sepasang kekasih.

Sayangnya mereka berdua akhirnya berpisah, karena Joy memiliki kesempatan untuk menggapai impiannya; meninggalkan Hongkong untuk hidup lebih baik di Kanada.

Hello, Love, Goodbye menjadi menarik karena menggambarkan dunia ini. Melucuti kemewahan demi kemewahan kota yang khas dengan jalan dan trotoarnya dipenuhi oleh orang-orang Filipina yang lelah dengan takdirnya. Sementara Joy ikhlas dan tulus menjalani kehidupan meskipun menghadapi ketidakadilan pada saat menjadi pembantu rumah tangga untuk mencari nafkah.

Ketika Anda menonton film ini, kisahnya terlihat biasa. Namun, film ini berupaya memperlihatkan struktur sosial yang kompleks dan penderitaan para pembantu rumah tangga di luar negeri. Mereka tetap bertahan meskipun mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi demi kebahagiaan keluarganya.

Jika kebanyakan film romansa, demi sebuah cinta mereka mengorbankan banyak hal termasuk dirinya sendiri, film ini berbeda. Joy dan Ethan melepaskan egonya untuk saling memiliki dan bersama demi sebuah impian.

Cinta tak harus memiliki kok, kalau jodoh pasti bertemu. Mungkin itu juga yang dimaksudkan dari film ini. [ysn]