BARISAN.CO – Nama Ibnu Majid dibidang pelayaran dan penjelajah tentu sangat asing, dibanding Vasco da Gama. Oleh karena mengacu literatur sejarah saat di sekolah dahulu, nama Vasco da Gama merupakan tokoh yang telah menjelajah lautan. Vasco da Gama sosok penjelajah lautan dari Portugis, begitu juga penakluk lautan lain yakni Christopher Columber yang juga penemu Kompas. Penemuan Kompas menjadi lat canggih para pelaut saat di tengah samudera pada zamannya.
Akan tetapi semua itu hanyalah versi sejarawan Barat di masa lalu, dimana bangsa Eropa sejak abad pertengahan seolah begitu mendominasi sebagai pelopor penemuan di bidang sains, teknologi dan astronomi. Apalagi saat itu media barat ikut mempropagandakan dalam rangka untuk menguasai peradaban dunia.
Seiring berkembangnya teknologi dan makin banyaknya para sejarwan yang lahir dan melakukan penelitian. Satu persatu distorsi sejarah tersebut mulai terkuak. Hegemoni Barat yang semula dimonopoli benua biru berikut beberapa kebohongannya akhirnya terungkap.
Salah satu ahli sejarah itu adalah GR Tibbetts. Dalam bukunya berjudul Arab Navigation in the Indian Ocean Before the Co ming of the Portuguese, yang mengungkapkan kehebatan sosok Ibnu Majid si pelaut ulung. Ilmuwan muslim dan pelopor penjelajah lautan yang mematahkan dominasi nama Vasco da Gama dan Christopher Colombus.
Pelaut Legendaris
Bernama asli Syihabudin Ahmad bin Majid As-Sa’di bin Abu Rakaib An-Najdi, dan dunia menyebutnya Ahmad Ibnu Majid. Terlahir di Julphar, Uni Emirat Arab pada tahun 1421 M dari Bani Tamim, kabilah dari Najed, Arab Saudi. Penguasannya di bidang agama, bahasa, matematika, georafi dan astronomi, membuatnya mampu mempelajari teori pelayaran yang dipraktikkan secara langsung dari ayahnya yang juga seorang penjelajah lautan.
Sejak usia belasan tahun, si anak laut ini sudah sering mengikuti sang ayah mengarungi lautan. Dari pengalaman itulah Majid muda sudah mulai memberanikan diri membelah Laut Merah seorang diri.
Keberhasilannya makin tertantang untuk menaklukkan lautan yang lebih luas, yakni Samudra Hindia. Bentangan lautan serta ganasnya medan Samudra Hindia makin mengasah kemampuannya. Di sisi lain, pelayaran yang memakan waktu lama membuatnya kian memahami dan menguasai karakter lautan. Majid juga mampu membaca arah angin, arus laut, mendeteksi kedalaman laut, kapan harus mengembangkan layar, membelokkan haluan dan buritan kapal.
Berangkat dari pengalaman ini Majid berhasil menciptakan alat penunjuk mata angin yang dikenal dengan nama Kompas dan dikenal sebagai ahli dalam membuat peta atau kartografer. Dengan bantuan alat buatannya sendiri, Majid kembali tertantang menjelajah pantai Samudra Hindia, Laut Merah dan Laut Tengah.
Satu demi satu daerah-daerah baru yang belum ‘tersentuh’ manusia mulai ditaklukkan. Majid berhasil menciptakan teknik navigasi, dimana sebuah pelayaran tidak dapat dilakukan, kecuali oleh nahkoda yang menguasai ilmu pelayaran, mampu menentukan kondisi cuaca, kecepatan angin, ketinggian ombak di musim pelayaran dan membaca arah bintang.
Teknik ini berhasil dibuktikan ketika menembus rute-rute jalur baru yang belum pernah dijamah manusia. Majid mampu membaca kondisi rute-rute dengan selamat tanpa kesasar atau kapalnya menabrak batu-batu karang, tumpukan perbukitan yang tersembunyi di atas permukaan laut.atau terjebak kandas di perairan yang dangkal.
Nama Majid makin dikenal kalangan pelaut Arab, hingga pada akhirnya sampai ke telinga para pelaut Portugis. Dia mampu menunjukkan perjalanan Vasco da Gama menuju Lautan Hindia pada tahun 1498 M. Dari silah Masih mulai melegenda ke seluruh Eropa hingga menjaikan mereka sangat kagum dengan teknik navigasi dan kompas ciptaan Ibnu Majid yang memiliki 32 arah mata angin.