Scroll untuk baca artikel
Risalah

Ikhlas dalam Menuntut Ilmu, Menghendaki Segala Kebaikan

Redaksi
×

Ikhlas dalam Menuntut Ilmu, Menghendaki Segala Kebaikan

Sebarkan artikel ini

Ikhlas dalam menuntut ilmu adalah ketundukan dan sebuah kemulyaan seorang hamba untuk menghendaki segala kebaikan untuk akhirat

BARISAN.CO – Menuntut ilmu adalah sebuah kemulayaan, menuntut ilmu sebab akan diangkatnya derajat seseorang, bahkan menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Tapi ada pula sesuatu yang penting dalam menuntut ilmu, yaitu ikhlas.

Senada pada ungkapan Imam Syafi’i di atas, dalam bukunya Adab Thoolibul ‘Ilmi Dr. Anas Ahmad Karzoun menyebutkan bahwa Ikhlas adalah etika pertama bagi seseorang dalam menuntut ilmu.

Barangsiapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmuImam Syafi’i

Ini merupakan hal pertama yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu apabila ia menghendaki segala kebaikan di akhirat. Karena ikhlas adalah menjadi sebab diterimanya amal seseorang oleh Allah.

Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang itu tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari Muslim).

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila ilmu tidak didasari dengan keikhlasan niat, maka bisa ia berubah dari ibadah yang paling mulia menjadi kemaksiatan yang paling hina. Dan tidak ada sesuatupun yang paling bisa menghancurkan ilmu semisal riya’, baik riya’ yang menjerumuskan kepada kesyirikan ataupun riya’ yang menghilangkan keikhlasan. Misalnya ada sebuah niatan dalam menuntut ilmu untuk berdebat, popularitas, ataupun harapan dunia yang lainnya.

Ada sebuah pertanyaan yang menarik dari shahabat Ali ibn Abi Thalib tentang keikhlasan dalam menuntut ilmu, dia berkata:

Wahai para pembawa ilmu, beramallah dengan ilmu kalian. Karena yang disebut alim adalah orang yang mengamalkan apa yang ia ketahui dan ilmunya sesuai dengan amalnya. Akan ada suatu kaum yang membawa ilmu tidak melebihi kerongkongan mereka. Ilmu mereka bertentangan dengan amal mereka. Mereka duduk dalam halaqoh untuk saling berdebat antara satu dengan yang lainnya, lalu berpindah dengan yang lain dan meninggalkan rekannya. Amalan mereka dalam mejlis itu tidak akan naik kepada Allah Swt.

Lantas bagaimanakah cara agarnya bisa ikhlas dalam menuntut ilmu. Berikut adalah 4 kiat dari Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin dalam menggapai ikhlas ketika menuntut ilmu.

  1. Adanya berniat bahawa menuntut ilmu itu untuk menjalankan perintah Allah. Kerana, memang Allah memerintahkanNya sebagaimana firmanNya, “Maka ketahuilah bahawa tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah…” (QS. Muhammad: 19)
    Dalam ayat ini Allah menganjurkan untuk menuntut ilmu dan anjuran untuk melakukan sebuah perbuatan yang diridhai dan diperintahkan olehNya.
  2. Harus juga berniat untuk menjaga syariat Allah, karana menjaga syariat Allah itu bisa dilakukan dengan belajar; baik dengan cara menghafal, menulis, juga mengarang kitab.
  3. Berniat untuk membela syariat Allah. Karana seandainya tidak ada ulama maka syariat ini tidak akan terjamin kebenarannya, juga tidak ada seorang pun yang akan membelanya. Oleh kerana itu, Shaikhul Islam Ibn Taimiyyah dan para ulama lainnya yang membantah ahli bid’ah dan menjelaskan kesesatannya, kita dapati mereka mendapatkan banyak kebaikan.
  4. Berniat untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Karana tidak mungkin bisa mengikuti ajaran beliau kecuali jika kita tidak mengetahuinya terlebih dahulu.
    Dan disini ada titik tekan tentang ilmu apa yang wajib dipelajari yaitu ilmu agama tentang aqidah yang membahas ketauhidan. Pemahaman akan tauhid yang benar akan menjadi landasan dalam menerima segala ilmu lain yang kemudian dipelajari.

Semoga Allah selalu memberi hidayah pada kita ikhlas dalam menuntut ilmu dan beramal untuk kebaikan dunia dan akhirat. [Luk]