“Menurut saya ada banyak orang yang mengatakan kenapa indonesia masih industrialisasi? Padahal itu membuat lingkungan kita tercemar, kehilangan apa yang kita miliki, bukannya kita sudah melihat kerusakan yang telah dibuat oleh industri terhadap lingkungan di luar negara lain? Di Cina atau India parah sekali, kenapa kita harus seperti itu?” lanjut putra sulung B.J. Habibie ini.
Dampak Industri Terhadap Lingkungan
Ilham tidak menampik adanya kerusakan lingkungan yang terjadi akibat industrialisasi karena banyak contoh yang terjadi, seperti Cina dan India yang lingkungan rusak parah. Sehingga, untuk itu, Ilham menyarankan agar industri bersepakat agar menajdi industri yang ramah lingkungan.
“Tidak harus dibayar dengan kerusakan alam yang sebesar itu. Kalau banyak di Indonesia yang rusak seperti itu karena banyak yang ilegal. Kayak di Kalimantan itu ditebang tahu sendiri kalau kita dari Balikpapan ke Samarinda bukit Soeharto tandus, setandus-tandusnya,” tegasnya.
Ilham menyangsikan pembabatan hutan di Kalimantan itu semuanya legal. Yang jelas, baginya, Indonesia belum memiliki perencanaan yang baik atau walaupun sudah direncanakan dengan baik, perencanaan itu justru cenderung dilanggar.
Dia enggan beragumentasi bahwasanya industri itu punya potensi untuk merusak lingkungan, sebab melihat dunia saat ini menyadari hal itu. Terutama negara yang mengalami dampak besar dari perubahan iklim, seperti di Jerman tahun lalu, yang untuk pertama kalinya melihat langsung bahwasanya perubahan iklim itu bukan saja merusak, tapi hilangnya banyak nyawa akibat banjir. Sehingga di pemilihan yang lalu dimenangi Partai Sosial Demokrat dan Partai Hijau Jerman yang memang pro akan isu tersebut.
Ilham tidak menampik, masyarakat Jerman termasuk konservatif, namun sekali merasa terancam, mereka langsung berubah.
“Bukan satu masalah di negara yang jauh dari kita. Di negara kita sendiri juga menjadi masalah. Tapi memang manusia begitu, harus dirasakan dulu, baru percaya,” tuturnya. [rif]