Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Ini 20 Perusahaan Paling Berpolusi di Dunia

Redaksi
×

Ini 20 Perusahaan Paling Berpolusi di Dunia

Sebarkan artikel ini

Penelitian Richard Heede di Climate Accountability Institute di AS menunjukkan, hanya 20 perusahaan yang menyumbang 35 persen dari semua karbon dioksida dan metana terkait energi di seluruh dunia, dengan total 480 miliar ton karbon dioksida sejak 1965.

BARISAN.CO – Tidak mengejutkan rasanya, jika industri energi menjadi industri paling berpolusi. Industri ini menyumbang hampir 30 persen dari gas rumah kaca.

Setiap hari, kita bahkan bergantung pada bahan bakar untuk mengisi daya ponsel. Bahkan, untuk membuat produk seperti plastik dan obat-obatan juga memerlukan minyak dan batu bara.

Kesepakatan akhir Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 di Glasgow, Skotlandia, Inggris secara eksplisit mengungkapkan, batu bara satu-satunya kontributor paling signifikan terhadap perubahan iklim. Sedangkan, perjanjian sebelumnya, tidak pernah menyebut, gas, minyak, atau bahan bakar fosil secara umum.

Dari 197 negara yang berpartisipasi, lebih dari dari 140 negara sepakat untuk mencapai nol emisi.

Meningkatnya populasi juga dianggap telah meningkatkan permintaan minyak di seluruh dunia. Pada tahun 2006, konsumsi dunia mencapai 85 juta barel setiap hari. Sedangkan, pada 2019, konsumsi minyak mentah mencapai 1.000,3 juta barel per hari. Namun, pada 2020 mengalami sedikit penurunan karena pandemi.

Namun demikian, Badan Energi Internasional memperkirakan, industri dapat memulihkannya sekitar 60 persen dari permintaan minyak yang hilang di tahun 2020 dan 2021. Badan tersebut memprediksi, konsumsi dunia akan meningkat setidaknya 5,4 juta barel per hari.

Dari itu, kemungkinan besar kita akan melepaskan lebih banyak CO2 ke atmosfer pada tahun 2022. Akibatnya, kita terus memanaskan planet bumi dan menempatkan kehidupan banyak spesien dalam bahaya yang lebih besar.

Selain atmosfer, lautan juga berisiko. Peningkatan permintaan menunjukkan, potensi tumpahan minyak yang lebih tinggi. Ini dapat membahayakan kehidupan laut secara substansial.

Tumpahan minyak diketahui dapat meracuni burung dan ikan. Serta, merusak isolasi hewan berbulu.

Pada tahun 2020, sekitar 1.000 ton minyak tumpah ke laut. Dalam beberapa tahun terakhir, kita tidak dapat mengabaikan risiko dari peningkatan permintaan ini.

Melansir Corporate Gorvenance Institute, ilmuwan Iklim terkemuka dunia, Michael Mann berkata:

“Tragedi besar dari krisis iklim adalah bahwa 7,5 miliar orang harus membayar harganya dalam bentuk planet yang terdegradasi sehingga beberapa lusin kepentingan pencemar dapat terus menghasilkan rekor keuntungan. Ini adalah kegagalan moral yang besar dari sistem politik kita sehingga membiarkan ini terjadi.”

Penelitian Richard Heede di Climate Accountability Institute di AS menunjukkan, hanya 20 perusahaan yang menyumbang 35 persen dari semua karbon dioksida dan metana terkait energi di seluruh dunia, dengan total 480 miliar ton karbon dioksida sejak 1965.

20 pencemar teratas itu semuanya berada di industri bahan bakar fosil, yaitu: (sejak 1965 dalam karbon dioksida yang dihasilkan)

  1. Saudi Aramco: 59,26 miliar ton
  2. Chevron 43,35 miliar ton
  3. Gazprom 43,23 miliar ton
  4. ExxonMobil 41,90 miliar ton
  5. National Iran Oil Co 35,66 miliar ton
  6. BP 34,02 miliar ton
  7. Royal Dutch Shell 31,95 miliar ton
  8. Coal India 23,12 miliar ton
  9. Pemex 22,65 miliar ton
  10. Petroleos de Venezuela 15,75 miliar ton
  11. PetroChina 15,63 miliar ton
  12. Peabody Energy 15,39 miliar ton
  13. ConocoPhillips 15,23 miliar ton
  14. Abu Dhabi National Oil Co 13,84 miliar ton
  15. Kuwait Petroleum Corp 13,48 miliar ton
  16. Iraq National Oil Co 12,60 miliar ton
  17. Total SA 12,35 miliar ton
  18. Sonatrach 12,30 miliar ton
  19. BHP Biliton 9,80 miiliar ton
  20. Petrobra 8,68 miliar ton

Organisasi seperti Climate Accountability Institute di AS ingin meminta pertanggungjawaban pencemar besar, tetapi juga memanfaatkan akuntabilitas produsen karbon untuk menggunakan keterampilan modal dan sumber dayanya dalam membantu daripada menentang transisi energi rendah karbon atau nol karbon di masa depan.

Berbohong dan melobi secara aktif dalam melindungi cara berpolusi tidak akan berdampak baik bagi generasi mendatang. Hal ini juga mengerikan bagi pemerintah.

Namun, masalahnya adalah perusahaan pencemar sangat menguntungkan. Sehingga, banyak orang yang berinvestasi untuk membantu mereka memperluas operasinya.

Banyak pencemar teratas menghabislkan jutaan dolar setiap tahun untuk melobi pemerintah dan menampilkan citra sebagai ramah lingkungan.

Heede mengatakan, perusahan memiliki kewajiban dan beban moral, keuangan, dan hukum yang signifikan terkait dengan krisis iklim. Menurutnya, perusahaan bahan bakar fosil memiliki tangan kolektif dalam menentukan tingkat emisi karbon dan peralihan bahan bakar non karbon.

Selama berabad-abad, industrialisasi ekonomi di seluruh dunia dibangun oleh bahan bakar fosil seperti batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Hanya dalam beberapa tahun terakhir negara-negara membuka sumber alternatif terbarukan seperti energi matahari dan angin.