
Baliho bertuliskan “Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan” dengan foto besar Puan berlatar belakang pengungsi. Pemasangan baliho tersebut dalam rangka menyambut kedatangan Puan ke lokasi bencana dalam kegiatan pemberian bantuan pada 20 Desember kemarin.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus menilai, pemasangan baliho Puan di lokasi pengungsian tidak etis. Menurutnya, baliho-baliho itu malah bisa menjadi blunder bagi kepentingan politik Puan dan PDI Perjuangan (PDIP).
“Jadi sebagai strategi politik pemasangan baliho ini jelas tak masuk akal sehat. Alih-alih mencapai tujuan, baliho-baliho itu justru akan menghambat Puan menggapai tujuannya,” ujar Lucius mengutip dari Republika.
Ia mengaku heran dengan Puan ataupun pihak yang memasang baliho tersebut di tengah lokasi terdampak bencana. Pencitraan untuk meraih elektabilitas tersebut menurutnya akan justru mendapat sindiran oleh publik.
Politisi PDIP Ruhut Sitompul juga menanggapi baliho Puan Maharani yang terlihat di lokasi terdampak bencana erupsi Gunung Semeru, Jawa Timur. Menurutnya, baliho tersebut akan memberikan kekuatan dan hati masyarakat semakin teduh.
“Semoga rakyat tercinta di sekitar desa terdampak erupsi gunung semeru semakin teduh hatinya dengan adanya baliho Bu Puan Maharani Ketua DPR RI juga tokoh PDI Perjuangan yang terus bekerja untuk rakyat Indonesia merdeka,” katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Rabu (22/12). [rif]