MENGIKUTI tarawih di Masjid kampus UGM terasa hinggar bingar dari sorenya. Bahkan baru masuk gerbang seorang panitia langsung menyambut kami dengan ucapan sopan, “Maaf pak kuponya takjilnya habis.”
“Oh ya mas gak papa!” Jawab saya, berusaha tegar meskipun rada ggrundel, karena ini menandakan kami tidak kebagian takjil untuk berbuka. Yah Nasib!
Tapi hal ini sangat logis. Karena memang jamaah yang hadir berjubel dan nambah terus. Yah nasib kami dua keluarga kecil dari Solo, yaitu keluarga saya dan keluarga mas Wahyu Haryadi alamuni pertanian UGM. Harus rela duduk duduk saja di taman air mancur sembari menunggu berbuka.
Alhamdulillah ketemu mas Wahyu yang lain, ketua rombongan Jarnas Magelang berserta ibu ibu anggotanya. Alhamdulillah kami diberi air mineral secukupnya untuk berjaga bila dul buka tiba.
Sebelum waktu buka tiba saya dengan mas Wahyu Hariyadi berinisiatif cari gorengan dan snack apa adanya saja sekadar buat iftar. Muter muter eh dapetnya di lapangan timur SGPC yang legend itu. Oh ternyata Bazar makanan pindah disana.
Akhirnya adzan magrib pun dikumandangkan : “Allahuakbar…allahuakbar.!!”…… Dull, buka puasa seadanya.sembari melihat kiri kanan yang makan paket berbuka dengan kardus mewah.
Enak kayaknya hehe. “Makan beratnya nanti saja ya dik, soalnya kalau kita keluar dari komplek masjid UGM ini takutnya gak dapat tempat sholat tarawih nantinya. Penuh! Gak bisa mendengar ceramah Pak Anies Baswedan.”
Meski agak lemes lemes semuanya sepakat, meski anak anak mukaknya terlihat terpaksa. Rasa terpaksa terobati manakala habis sholat magrib mereka bermain berlarian di taman masjid yang super luas itu.
Sembari menunggu sholat isya, sayapun ngapling tempat sholat duluan, karena takut nggak kebagian itu. Duduk dari awal tidak bergeser kemana mana.
Sebelum Adzan dikumandangkan seorang panitia menyampaikan bahwa bapak Gubernur DKI akan menyampaikan cermahnya nanti setelah sholat tarawih.
“Dan kami mohon jamaah sekalian tidak membentangkan spanduk ya !!” Pengumuman ini malah sontak membikin tawa sebagian besar jamaah yang hadir secara spontan” mungkin jamaah keingat tarawih tempo hari, ada penceramah yang disambut spanduk: “Save Wadas”, pas yang ceramah mas alumni UGM juga. Hehe
Adzannpun dikumandangkan muadzin. Fasih Persis suara Adzan ala arab saudi yang saya lihat ditipi. Jamaah tambah banyak sampe meluber di halaman masjid yang luas dan indah itu.
Selanjutnya kami sholat isya dan tarawih. Lantunan bacaan sang imam yang merdu dan tartil membawa ke suasana masjidil haram (saya bisa merasakannya meski belum pernah kesana lho. Ampuh tho? Tipi bro!).
Sholat diiringi bacaan bacaan sholat imam yang saya hampir nggak hapal. Nggak panjang sih tapi kayaknya ayat ayat spesial sang imam yang letaknya ditengah tengah alquran, kecuali alfatekhah dan surat pendek qulhu, annas dan alfalaq dibagian akhir sholat witir saya hafal banget.
Setelah seluruh rangkaian sholat berakhir, anakku menyusul aku, bersama jamaah yang lain yang diluar meringsek ke depan.
“Mana Mas Anies nya Pak?,” Tanya anakku Hugo yang baru kelas 4 SD itu .
“Itu loh di mimbar, kalau kurang besar itu ada layar tipi!” Jawab saya sambil menunjuk mimbar dan layar televisi
“Oh iya” saut Hugo Antusias.
Susana sedikit hening awalnya, Saya menunggu jurus apa yang dikeluarkan Mas Anies diawal ceramahnya. Dia menyatakan bahwa mahasiswa UGM saat ini sangat beda sekali dengan yang dulu. Dulu kesannya Ndeso sekarang ikut jamaah tarawih saja mobil berjajar, katanya.
“Dulu saya dapat undangn dengan beberapa kawan untuk ngisi pelatihan ke Kalimantan naik pesawat saja masih sesuatu yang mewah. Hingga pada saat transit di Surabaya ada kawan yang nggak mau turun pesawat, kirain apa, eh ternyata karena…. nggak bisa buka sabuk pengaman atau seatbelt. !” Guer hehe !!!