Scroll untuk baca artikel
Terkini

Jatam Rilis Buku Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kisah 4 Perempuan Melawan Industri Tambang

Redaksi
×

Jatam Rilis Buku Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kisah 4 Perempuan Melawan Industri Tambang

Sebarkan artikel ini

Buku Berontak Sebagai Syarat Kehidupan mengisahkan perjuangan empat perempuan penolak tambang.

BARISAN.CO – Buku “Berontak Sebagai Syarat Kehidupan: Kebengisan Industri Tambang di Mata Perempuan Kepulauan” yang diterbitkan Jatam Nasional dirilis pada Senin (6/3/2023) di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta. Buku itu mengisahkan perjuangan empat perempuan penolak tambang dari berbagai daerah.

Parulian Tambun, salah satu perempuan penolak tambang, yang kisahnya dituliskan dalam buku itu membagikan kisahnya secara langsung.

Sudah lebih dari 30 tahun, Parulian tinggal di desa Lae Panginuman, Kecamatan Silima Punga Pungga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

Sehari-hari, perempuan berusia 56 tahun itu maragat (menyadap nira untuk dijadikan tuak). Tidak bisa dibayangkan, keberaniannya memanjat pohon nira, yang tingginya bisa mencapai 25 meter.

Parulian mengaku, mula-mulanya saat memanjat pohon nira, dia melihat ke bawah untuk mengetes apakah dia pusing atau tidak. Merasa tidak pusing, dia pun melanjutkannya.

Keberaniannya itu didasari oleh keinginannya untuk menyekolahkan delapan anaknya. Meski anak-anaknya sudah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Parulian tetap berani maragat. Walau hanya satu liter tuak yang dihasilkan, katanya.

Selain maragat, setahun terakhir ini, Parulian memelihara babi ditambah bibitnya juga.

“Pekerjaan apa saja saya mampu, lebih bagus daripada menganggur saja di rumah. Ada nanam durian, cokelat, manggis, kopi, cokelat, dan jengkol,” ungkap Parulian.

Namun, perkebunan di desanya gagal panen. Dicurigai akibat eksplorasi tambang PT DPM (PT Dairi Prima Mineral). PT DPM memegang Kontrak Karya yang ditandatangani Presiden Soeharto pada tahun 1998. Saham dari perusahaan tambang ini 51 persennya milik NFC (China Nonferrous Metal Mining Group) dan sisanya milik Abu Rizal Bakrie.

“Tahun 2006, mereka sudah eksplorasi 374 titik bor, 2012 sudah bocor limbah, jadi airnya beracun. Sampai tidak ada yang mau minum air lagi,” lanjutnya.

Pada 18 Desember 2018, Parulian mengungkapkan, terjadi banjir bandang yang menyebabkan, satu orang meninggal dunia dan satu orang hilang.

“Banjir bandang datang, orang sudah begitu marah kepada mereka, jadi tujuh desa dan satu kelurahan kekurangan air. Dua tahun lahan pertanian kami mati, jembatan putus ada yang tidak bisa diperbaiki sampai sekarang,” tambahnya.

“Tapi, walau kami sudah menangis, mereka (pemerintah) tidak peduli dengan kami sampai sekarang,” lanjutnya.

Masalah Ekonomi Ekstraktif

Buku Berontak Sebagai Syarat Kehidupan makin menegaskan keengganan otoritas memedulikan warga dalam konflik tambang. Hal ini sudah terjadi puluhan tahun.

Buku ini mula-mula mengonfirmasi adanya moda ekonomi ekstraktif yang berkarakter pemangsaan. Model ekonomi ini mengandalkan bahan mentah dengan jumlah luar biasa, diproses setengah jadi, dan kemudian diekspor.

Dalam prosesnya, model ekonomi ini tidak hanya mengubah bentang alam, tetapi juga memengaruhi tubuh manusia. Bukan hanya kesehatan, namun juga mengubah perasaan menjadi menderita, yang itu tidak bisa dinilai termasuk karakter pemangsaan yang tidak terpisahkan dari karakter pembongkaran.

Adapun aktivitas ekstraktif ini melibatkan banyak variabel. Oligarki, regulasi, pengerahan aktor-aktor termasuk tokoh agama, serta pengerahan jejaring infrastruktur, saling mendukung satu sama lain, dan ujungnya selalu menciptakan infrastruktur kekerasan bagi masyarakat.

Di sisi lain, buku ini juga membuktikan bahwa perempuan itu juga agensi, bukan aktor yang pasif. Perempuan sekarang lebih terorganisir dan terlibat menjadi bagian dari gerakan.

Buku ini juga mengandung pelajaran bahwa para perempuan pun berjuang melawan relasi kuasa yang berlapis. Tidak hanya menghadapi negara dan perusahaan, tapi juga sering kali aktor-aktor masyarakat, kondisi sosial, maupun keluarga sendiri. [dmr]