Scroll untuk baca artikel
Blog

John Swinton: Pers adalah Pelacur Intelektual

Redaksi
×

John Swinton: Pers adalah Pelacur Intelektual

Sebarkan artikel ini

“Pers adalah pelacur intelektual.”

John Swinton (mantan kepala editorial, The New York Times).

BARISAN.CO – Publik bisa jadi banyak yang melupakan sosok Jurnalis Amerika, John Swinton (1829-1901). Namun komentarnya tentang jurnalis independen pada zamannya tampak familiar hingga hari ini.

Pada tahun 1880, John Swinton yang kala itu menjadi pemimpin redaksi sekaligus operator menjadi tamu kehormatan dalam acara jamuan pers. Ketika tiba acara bersulang, Swinton membuat pengumuman yang mengejutkan.

Dia menyebut tidak ada pers independen di Amerika, kecuali di pedesaan. Tidak ada satu pun orang yang berani menulis pendapat jujurnya, kalau pun ada, John mengatakan itu tidak akan muncul di media.

Setiap minggunya, John sebagai jurnalis mengaku dibayar US$150.000 untuk menyembunyikan pendapat jujurnya dari surat kabar, yang lain pun mendapat bayaran dengan gaji yang sama dan melakukan hal serupa.

Menurut John, jika dia membiarkan opini jujurnya dicetak satu kali, maka pekerjaannya akan hilang. Begitu pun dengan yang lainnya.

John mengungkapkan bisnis seorang jurnalis New York adalah memutarbalikkan kebenaran, berbohong terang-terangan, memutarbalikkan fakta, menjelekkan, menjilati kaki Mammon, dan menjual negara serta rasnya agar mendapat gaji.

“Anda tahu ini dan saya tahu itu, dan betapa bodohnya memanggang jurnalis independen. Kami adalah alat dan pengikut orang kaya di belakang layar. Kami adalah jumping-jack; mereka menarik tali dan kami menari. Waktu, bakat, hidup, dan kemungkinan kita adalah milik orang lain. Kami adalah pelacur intelektual,” lanjut John.

Berusaha Tetap Kritis

Beberapa tahun kemudian, di tahun 1883, John mendirikan surat kabarnya sendiri “John Swinton’s Paper”. Sayangnya, penjualannya buruk.

Menurut New York Times (NYT), selama empat tahun, John berjuang keras untuk memberinya kesempatan dalam menyebarkan ide-idenya tentang masalah sosial dan industri. NYT melanjutkan, tulisan John mati karena tidak mendapatkan dukungan.

Di tahun 1874, pada musim semi, John terlibat dalam politik buruh progresif. Ketika ia berpidato di Tompskins Square di New York, polisi membubarkan pertemuan itu dengan menggunakan kekerasan.

Dia pun kembali ke posisi awalnya di staf editorial New York Sun hingga 1897 untuk menulis editorial. Tak lama kemudian, John kehilangan penglihatannya, namun ia tetap aktif sebagai penulis.

John meninggal di Brooklyn Heighs, New York pada 15 Desember 1901. Dia dimakamkan di Green-Wood Cemetery di Brooklyn, New York, di bawah sebuah monumen yang dibangun oleh serikat pekerja lokal.

Dalam obituarinya, New York Times menyebut John tidak pernah takut mengatakan apa yang ia percayai.

“Itu adalah kebanggaannya bahwa dia tidak pernah, tidak peduli apa ide majikannya, menulis baris yang bertentangan dengan keyakinan jujurnya seperti yang diucapkan di tonggak. Sebagian orang yang memiliki ide orisinal dan kebebasan dari keterpurukan konvensionalitas,” isi obituari tersebut. [rif]