Lantaran itu sangat tidak masuk akal dan sangat picik ketika anggota DPRD Jakarta dari PDIP Gilbert Simanjuntak sampai saat ini selalu mengkalkulasi bahwa Formula E dianggap tidak penting dan tidak menguntungkan.
Bahkan dalam sebuah acara di televisi partikelir dia menyandingkan Formula E dengan meninggalnya putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil. Menurutnya, dia lebih tertarik pada berita meninggalnya putra Kang Emil daripada berita Formula E. Alasannya meninggalnya putra Kang Emil lebih menyentuh. Pikiran kacau alias sungsang!
Begitu pun dengan Menteri BUMN yang tidak hadir dalam ajang Formula E juga sangat pantas. Kalau hadir pasti akan disorakin penonton. Sejumlah analis menilai, sikap Jokowi yang dianggap ‘ragu’ untuk menonton Formula E juga karena ulah Erick Thohir yang tidak mengizinkan BUMN menjadi sponsor dalam Formula E.
Atas sikap Erick yang dianggap tidak visioner dan dituding tidak mendukung kampanye energi bersih tersebut, berkembang wacana agar Presiden Jokowi — bila memang jadi reshuffle kabinet pada 15 Juni 2022 — salah satu menteri yang menjadi nominenya adalah Erick Thohir.
Menurut analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin, wacana dan pendapat masyarakat itu adalah harapan dan kritikan publik yang mesti didengar oleh Presiden Jokowi.
“Mestinya presiden tangkap aspirasi itu agar Erick di-reshuffle. Namun kelihatannya Erick tak akan di-reshuffle Jokowi, karena dia ketua tim sukses Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres 2019 yang lalu, ” kata Ujang kepada Barisan.co.
“Mestinya Erick berjiwa besar agar memberi sponsor di acara Formula E. Jangan karena bukan panggungnya, lantas dia tak mau membantu pergelaran Formula E,” sesalnya.
Tapi sudahlah, panggung Erick memang MotoGP dan itu sudah lewat bersama hujan badai yang airnya sudah mengalir ke laut. Publik kini menunggu panggung dan legasi Anies berikutnya.