Bersedekah di hari jumat diistilahkan jum’at berkah. Namun ada yang unik dari cara distribusi jum’at berkah ala Kakek Memet. Ia namakan Jumberling, singkatan dari jum’at berkah keliling.
BARISAN.CO – Berbagi bagi masyarakat Indonesia bukan lagi menjadi hal tabu. Hal ini bisa kita lihat dari ramainya nasi bungkus yang tersedia di teras-teras masjid ketika shalat jum’at dan dibagikan secara cuma-cuma kepada setiap jamaah. Saking gemar sedekahnya, berdasar hasil survei secara global bahkan tahun kemarin masyarakat Indonesia mendapatkan predikat sebagai masyarakat yang suka berderma.
Begitu umumnya aksi bersedekah di hari jumat hingga masyarakat menamakannya dengan istilah jum’at berkah. Namun ada yang unik dari cara distribusi jum’at berkah ala Kakek Memet dari Kendal ini. Ia namakan Jumberling, singkatan dari jum’at berkah keliling. Seperti apa keunikannya, berikut penuturan Kakek 72 tahun bernama asli Slamet Mulyono kepada redaksi.
Di usia senjanya, aksi Jumberling Memet diakui sebenarnya sebagai ikhtiar pribadi. Menurutnya selama ini lebih banyak berkembang orang bersedekah pada hari jum’at yang disediakan di masjid-masjid, atau pun pinggir jalan. Dan itu sudah masif sekali.
Dalam pengamatannya, ternyata yang mengambil tidak sedikit sebenarnya mampu bahkan menggunakan kendaraan bermotor ikut ambil.
“Ya tidak apa-apa kan semua juga bisa. Sedangkan orang yang tidak bisa jalan, para lansia renta di pelosok dusun sana, dan lain sebagainya yang semisal itu bagaimana? Dari itu, awalnya jumat berkah yang statis, kemudian kami (beserta istri-red) mengantarkan nasi bungkus itu ke dusun-dusun,” papar Memet selaku pensiunan pegawai Pemprov Jateng via sambungan telepon.
Dengan berbekal sepeda dan tas barang aksi Jumberling, Memet membagikan aksinya di sekitar Kecamatan Petebon dari Dusun ke Dusun terdekat rumahnya.
“Mereka saya datangi dan diberi bungkusan. Ternyata mereka senang sekali. Alhamdulillah responsnya luar biasa,” terang Memet
Konsultan manajemen di beberapa rumah sakit ini menambahkan beberapa dokter dan tetangga memasak sendiri kemudian dititipkan kepada saya. Bagi yang jauh berupa uang, dan saya yang membelanjakan. Tapi tetap saya sampaikan makanannya yang sehat.
“Sementara masih 4 sehat, ke depan mungkin bisa kita tambahkan susu,” sambungnya.
Belajar dari keterbatasan
Aksi Memet saat ini sudah menjangkau lima desa, yang terdiri dari beberapa dusun. Memet langsung ke pucuk-pucuk dusun. Dalam akunya pernah sempat jatuh karena kondisi hujan dan dengan menggunakan sepeda.
“Dari itu saya merasakan kebahagiaan melihat mereka yang menerima senang sekali. Menerima disaat kondisi mereka sedang sulit. Ada saya temui sebuah keluarga, anaknya 4 sekolah semua, rumahnya hasil bedah rumah, beliau bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Anak yang nomor 1 sakit jantung dan paru-paru. Dan ditinggal suami. Bayangkan.. artinya nun jauh disana masih banyak orang-orang yang kurang dan tidak banyak diketahui orang banyak,” tekannya.
Karena ingin agar sedekahnya benar-benar didapatkan oleh mereka yang jelas membutuhkan, Kakek Memet pun mendahului aksi Jumberlingnya dengan survei lokasi terlebih dahulu di dusun-dusun. Hasilnya mereka yang membutuhkan banyak ada di sana. Rumah reot, para lansia lemah ekonomi, dan lain sebagainya.
“Kemudian kita sepakat untuk menyalurkan kepada mereka. Dan nasi bungkusnya kami beli dari penjual di sekitar rumah kita. Pada mulanya terlkumpul 25 an bungkus. Kami beli di warung UMKM. Kami tidak buat sendiri, sebab tidak mampu karena keterbatasan waktu karena istri juga mengajar. Alhamdulillah ini sudah tiga kali putaran, atau tiga kali jumat,” terangnya.
Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan mengungkapkan dari catatan laporan penjualan warung UMKM tertulis 287 bungkus. Yang terakhir 192 bungkus. Ternyata penjual nasinya sednng karena kita larisi.