Scroll untuk baca artikel
Terkini

Kata Siapa Bekerja secara Multitasking itu Produktif ?

Redaksi
×

Kata Siapa Bekerja secara Multitasking itu Produktif ?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – “Multitasking melahirkan pemikiran dangkal, menciutkan kreativitas, memperbanyak kesalahan, dan melemahkan kemampuan otak untuk memagari dari informasi yang tidak relevan,” terang Dr Sandra Bond Chapman, founder sekaligus CEO Center for BrainHealth di University of Texas di Dallas, dikutip dari BBC.

Menurutnya, otak semakin lama bekerja akan meningkatkan tingkat stres dan depresi serta menurunkan kemampuan intelektual. Oleh karena itu, ia menyimpulkan otak tidak dirancang untuk bekerja secara multitasking.

Sudah banyak ahli yang berpendapat multitasking bukanlah pekerjaan yang efektif. Sayangnya, kecanggihan teknologi justru menyuburkan praktik kerja multitasking, ditambah sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang untuk mengerjakan apa-apa sekaligus.

Di era sekarang, misalnya, sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang membalas chat di media sosial ketika sedang di dalam pertemuan, atau menelepon sambil mengerjakan tugas. Mengerjakan beberapa tugas dalam satu waktu sembari diinterupsi dengan pekerjaan yang lain malah dianggap sebagai suatu kesibukan yang produktif oleh kebanyakan orang.

Apalagi, kecanggihan teknologi telah memanjakan penggunannya untuk mengerjakan banyak hal sehingga interupsi seperti mengerjakan tugas sambil berbalas pesan chat menjadi sebuah kecanduan. Padahal, interupsi seperti itu sejatinya mendistrak fokus seseorang, dan banyak orang menyadari bahwa kebiasaan demikian bisa menjadi kontraproduktif.

Melansir dari BBC, Dr Christine Carter, CEO Greater Good Science Center di University of California, Berkeley, pernah mempunyai pengalaman buruk dengan bekerja secara multitasking. Ia pernah dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan akibat beban kerja yang berlebihan, lantaran kebiasaannya menginterupsi pekerjaannya dengan pekerjaan yang lain.

Ia mengakui kebiasaan menginterupsi pekerjaan seperti itu lama-lama menjadi candu baginya.  Dan, ia pun kesulitan menasehati dirinya sehingga butuh waktu lama untuknya bisa bekerja singletasking secara fokus.

Dampak Buruk Multitasking Terhadap Kemampuan Otak

Renuka Rayasam dalam tulisannya “You Probably Suffer from Scattered Brain Syndrome”, menyebutkan banyak peneliti yang menyimpulkan kerja secara multitasking justru tidak produktif. Sebaliknya, fokus pada satu tugas saja malah membuat pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat sehingga kemudian bisa menyelesaikan tugas yang lain.

Sebab, seperti kata Dr Sandra Bond Chapman, otak manusia pada dasarnya hanya mampu melakukan satu hal dalam satu waktu saja. Sedangkan, ketika sedang mengerjakan banyak pekerjaan sekaligus, sebenarnya otak tidak sedang fokus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan itu, melainkan hanya maju-mundur mengerjakan pekerjaan tersebut. Dampaknya tentu tidak bagus untuk otak. Pasalnya, dengan begitu, otak justru menjadi lelah dan menurun kemampuan kognitifnya.

Masih dalam tulisan Renuka, ia menyebutkan sebuah penellitian pada 2007 mengenai dampak interupsi pekerjaan terhadap produktivitas karyawan. Interupsi pekerjaan itu berupa email masuk setiap tiga menit dan gangguan yang lain. Hasilnya, kemampuan karyawan secara umum menurun untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Terlihat dari lamanya waktu yang dihabiskan, beban stres berlebihan, kreativitas yang menurun, dan beberapa kesalahan yang ditimbulkan.

Maka itu, pola kerja multitasking sebetulnya merugikan perusahaan. Apabila waktu yang terbuang sia-sia itu dikonversikan ke uang, maka sudah berapa banyak uang perusahaan yang terbuang untuk operasional yang tidak efisien itu.

Begitupun dengan kehidupan pribadi, bekerja secara multitasking ternyata tidak seproduktif dan seefisien yang dibayangkan. Terlebih, penelitian pun menyebutkan dampak buruknya yang dapat menurunkan kemampuan otak. Jadi, masih mau bekerja secara multitasking? [rif]