HINGGA SAAT INI saya termasuk yang memandang masuk dan diterimanya Islam di bumi Sulawesi Selatan adalah sesuatu yang ajaib.
Bila saya menarik diri saya hidup di masa itu, rasanya Islam akan sangat susah diterima di Sulawesi Selatan, mengingat masyarakat Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku besar yakni Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja telah memiliki kepercayaan tersendiri.
Memang Islam tidak menjadi agama mayoritas di Toraja, namun selain Toraja Islam menjadi agama mayoritas. Mandar walaupun telah masuk dalam Provinsi Sulawesi Barat tetap menjadikan Islam sebagai agama mayoritas.
Apakah diterimanya Islam karena rakyat Sulawesi Selatan beserta para raja yang berkuasa di daratan ini lemah dalam mempraktikkan kepercayaan yang diyakininya? Rasanya tidak. Justru mereka terkenal sebagai penganut yang taat terhadap kepercayaan yang diyakini pada masa itu.
Ada yang beranggapan bahwa diterimanya Islam sebagai agama resmi karena adanya kemiripan nilai dengan kepercayaan lama. Diketahui keyakinan terhadap Tuhan yang tunggal juga merupakan inti kepercayaan lama, walaupun Tuhan yang tunggal itu dibahasakan dengan istilah yang berbeda dalam kepercayaan lama.
Analisis ini boleh saja mengandung kebenaran sesuai porsinya, akan tetapi menurut saya jawaban tersebut tidak cukup untuk menerangkan penerimaan Islam sebagai agama mayoritas di kemudian hari.
Lalu apa yang menyebabkan Islam bisa diterima di Sulawesi Selatan, saya tak ragu menyebutnya sebagai faktor “hidayah”. Para raja yang berkuasa dilembutkan hatinya hingga akhirnya mau menerima Islam sebagai agama, dalam sejarahnya tidak ada raja yang melakukan tindakan keji saat ulama penyebar Islam menghadap para raja untuk menyebarkan Islam.
Walaupun tidak serta merta menerima tapi para raja terbuka berdialog tentang agama yang baru itu.
Dari hasil dialog tersebut umumnya berakhir pada penerimaan Islam sebagai agama. Posisi Kerajaan Luwu sebagai kerajaan pertama yang menerima Islam juga merupakan keajaiban tersendiri.
Saat Islam masuk ke Sulawesi Selatan awalnya para penyebar Islam berusaha mengislamkan Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo), mengingat saat itu Kerajaan Makassar merupakan kerajaan terbesar yang mengendalikan supremasi politik di Sulawesi Selatan.
Tetapi upaya tersebut tidak berhasil. Upaya penyebaran Islam kemudian dialihkan ke Kerajaan Luwu, dengan pertimbangan walaupun saat itu Kerajaan Luwu tidak mengendalikan supremasi politik tetapi Kerajaan Luwu adalah yang paling disegani mengingat Luwu merupakan kerajaan tertua.
Artinya, Luwu memegang supremasi kemuliaan. Supremasi politik memang di Makassar tetapi supremasi kemuliaan dipegang Luwu. Ajaibnya Luwu ternyata dengan mudah menerima Islam sebagai agama, bahkan tidak butuh waktu lama bagi raja Luwu untuk menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan.
Dari Luwu Islam disebarkan ke penjuru wilayah Sulawesi Selatan hingga akhirnya berhasil mengislamkan Kerajaan Makassar. Tidak dapat dinafikan pamor kemuliaan yang dimiliki Luwu berpengaruh terhadap lancarnya proses pengislaman Makassar.
Ketika Kerajaan Makassar telah menganut Islam, proses penyebaran Islam di Sulawesi Selatan berjalan semakin lancar. Kuatnya pengaruh politik yang dimiliki Makassar serta komitmen Raja Makassar mendukung penyebaran Islam menyebabkan Islam semakin cepat tersebar ke seluruh penjuru Sulawesi Selatan.
Tulisan ini bukan catatan sejarah, lebih sebagai catatan ringan sebagai orang yang dilahirkan dan besar di tanah Sulawesi Selatan. Saya meyakini seringan apapun catatan yang digoreskan lewat pena selalu membawa manfaat untuk orang banyak. []