Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Keserakahan Mendorong Perilaku Tidak Etis, Kenapa Bisa Begitu?

Redaksi
×

Keserakahan Mendorong Perilaku Tidak Etis, Kenapa Bisa Begitu?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Seorang professor MIT, Andrew Lo mengatakan keserakahan secara alami mendorong manusia untuk mengumpulkan dan mengonsumsi sumber daya yang berguna, seperti makanan, kekayaan berupa materi, atau juga ketenaran agar dapat mengalahkan kendala dalam mempertahankan ikatan sosial di sebuah kelompok.

Mengutip Live Science, Andrew meneliti hubungan antara ilmu saraf dengan ekonomi menemukan ketika seseorang memperoleh sumber daya, otak melepaskan bahan kimia yang menyebabkan sensasi kesenangan.

“Ketika berhasil, kami merasa baik. Ketika mengumpulkan sumber daya, kami merasa baik. Dan karena kami merasa baik, kami menginginkan lebih,” kata Andrew dalam rilisnya.

Andrew menambahkan kesekahan merupakan kecanduan untuk mendapatkan lebih.

Sedangkan filsuf asal Jerman, Arthur Schopenhauer menyebut uang adalah kebahagiaan yang abstrak dan apa yang sebenarnya orang cari dari lubuk hatinya adalah kebahagiaan yang nyata. Sebab itulah, tidak peduli berapa banyak limpahan harta yang orang tamak miliki, mereka tidak akan pernah menemukan kebahagiaan.

Sistem ekonomi juga mendorong orang menjadi serakah. Mereka terlempar ke dalam kubangan kompetisi untuk merasa tidak pernah puas. Oleh karena tidak merasa cukup, kesuksesan seseorang akan menjadi kegagalan bagi orang lain. Mereka diadu untuk meraih sesuatu dengan menyingkirkan penghalang di hadapannya.

Masalah sebenarnya kemudian muncul ketika populasi meningkat dan sumber mendapat kekayaan menjadi terbatas. Sehingga, agar dapat menumpuk kekayaan, ia harus mengurangi apa yang orang lain mungkin dapatkan. Pada akhirnya, ini akan menciptakan konflik sosial antara si miskin dan si kaya.

Kisah Mendedez Brother layak menjadi contoh betapa ketamakan itu mematikan. Hidup dengan gelimang harta dan tinggal di kawasan elit, Beverly Hills, nampaknya tak mencukupi hasrat Lyle dan Erik. Kedua bersaudara tersebut di tahun 1989 membunuh orangtuanya untuk memperoleh kekayaan seutuhnya.

Ciri Keserakahan

Berikut ini peringatan tanda keserakahan yang tidak terkendali, sebagaimana dikutip dari Insead Edu, :

  1. Tanda yang pertama yaitu terlalu mementingkan dirinya sendiri. Orang tamak selalu mengatakan “aku, aku, aku’, dengan sangat sedikit memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang lain.
  2. Dengki dan tamak bak saudara kembar. Sementara keserakahan berupa keinginan kuat memiliki lebih banyak dan lebih banyak lagi, rasa dengki melangkah lebih jauh dan mencakup keinginan kuat dari orang serakah untuk memiliki yang orang miliki.
  3. Tidak memiliki empati. Ketidakmampuan berempati, kurangnya ketulusan, dan keengganan untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan serta perilakunya membuat mereka sangat sulit untuk diajak bergaul.
  4. Tidak pernah puas. Orang serakah melihat bahwa mereka pantas untuk mendapatkan lebih, tak peduli walaupun itu harus mengorbankan orang lain.
  5. Ahli manipulasi. Mereka berbakat mengambil hati orang lain, tetapi mereka memiliki agenda utama untuk memenuhi hasrat ketamakannya.
  6. Keserakahan tak berbatas. Orang serakah tidak mengenal batas. Mereka akan menabrak nilai moral dan etika untuk mencapai tujuannya. Mereka akan mencari celah untuk dapat mengakali aturan yang telah ada agar dapat memoderasi perilakunya.

Ini sama seperti yang disampaikan oleh profesor dari Universitas California Berkeley, Paul K. Piff dalam penelitiannya. Ia menemukan perilaku tidak etis didorong oleh keserakahan, kurangnya empati, dan sifat kekayaan dalam masyarakat yang amat berlapis. Sehingga hal itu dapat melindunginya dari konsekuensi atas tindakan mereka, mengurangi kebutuhan untuk berinteraksi sosial dan memicu perasaan berhak, yang semua itu menjadi norma budaya untuk memperkuat dirinya sendiri.

Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih bermakna, bahagia, dan kaya, manusia harus dapat mengatasi keserakahan. Harta tak selalu berbentuk materi. Keluarga yang selalu mendukung juga menjadi harta yang tak ternilai. Terlebih kesehatan dapat memberikan waktu lebih baik untuk dapat dihabiskan bersama keluarga dan orang-orang tercinta. [rif]