Namun, Awalil Rizky mengingatkan bahwa dalam tiga tahun terakhir sebelum 2025, APBN justru mengalami surplus pada periode yang sama.
“Hanya pada masa pandemi 2020 dan 2021 kita mengalami defisit di awal tahun. Artinya, defisit yang terjadi sekarang bisa menjadi sinyal buruk bagi kondisi fiskal sepanjang tahun,” katanya.
Menurutnya, defisit yang lebih cepat terjadi ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan pendapatan negara yang hanya mencapai 10,50% dari target APBN 2025. Dengan kondisi ini, pemerintah harus lebih mengandalkan pengendalian belanja untuk menekan potensi pelebaran defisit.
Ketidakpastian dalam Kebijakan Fiskal
Selain efisiensi belanja, Awalil menyoroti adanya ketidakpastian dalam kebijakan fiskal tahun ini.
Hingga saat ini, belum ada kepastian apakah realokasi anggaran akan mengubah postur APBN atau hanya menggeser sebagian belanja tanpa perubahan keseluruhan.
“Jika postur APBN tetap dan hanya dilakukan realokasi, maka besar kemungkinan defisit bisa melebar mendekati batas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB),” jelasnya.
Hal ini bisa berdampak pada kebijakan ekonomi yang lebih ketat, termasuk kemungkinan tambahan utang untuk menutup kekurangan anggaran.
Ia juga menyoroti bahwa program-program prioritas seperti MBG (Mekanisme Belanja Government) dan berbagai proyek strategis lainnya masih terus dikaji oleh pemerintah. Namun, hingga kini, belum ada kepastian mengenai besaran alokasi anggaran baru secara resmi.
Dalam menghadapi tantangan fiskal ini, Awalil menekankan pentingnya transparansi dalam kebijakan anggaran.
“Pemerintah harus lebih terbuka dalam menyampaikan kebijakan anggaran kepada publik, terutama terkait pemotongan dan realokasi belanja. Kejelasan ini penting agar dunia usaha dan masyarakat bisa menyesuaikan diri dengan kebijakan fiskal yang diterapkan,” paparnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kebijakan pemotongan belanja harus dilakukan dengan strategi jangka panjang.
“Jangan sampai efisiensi ini justru berdampak negatif pada sektor-sektor krusial seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.
Dengan kondisi fiskal yang masih penuh tantangan, Awalil menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada pengendalian belanja, tetapi juga mencari solusi untuk meningkatkan pendapatan negara.
Ia menekankan perlunya perbaikan dalam sistem perpajakan dan optimalisasi sumber pendapatan negara lainnya agar defisit anggaran tidak semakin membebani perekonomian nasional. []