Scroll untuk baca artikel
Blog

Ki Ageng Pandanaran, Pendiri Semarang dan Visualisasinya

Redaksi
×

Ki Ageng Pandanaran, Pendiri Semarang dan Visualisasinya

Sebarkan artikel ini

Ki Ageng Pandanaran adalah Bupati Semarang yang pertama dan murid dari Sunan Kalijaga yang turut menyebarkan agama Islam di Wilayah Semarang

BARISAN.CO – Kota Semarang sudah menjadi scraper city yakni kota tidak hanya megahnya gedung-gedung tinggi. Tapi juga tentang kualitas kota bawasanya kota Semarang semakin memberikan cahaya kepada negara-negara tetangga, semakin hari Semarang semakin hebat.

Salah satu kebangaan Semarang hebat adalah Kota Semarang kaya akan budaya dan pariwisata. Jika hal tersebut dikelola dengan baik, akan menjadi daya tarik bagi para pendatang dari luar kota Semarang.

Maka tidak heran jika Kota Semarang disebut dengan little Netherland. Melaui rencana startegis, tentu saja akan menjadikan budaya sebagai komoditi utama.

Bahkan kota Semarang merupakan suatu Medium keberagaman dalam persatuan.”  Kota Semarang merupakan daerah pesisir, maka akan menjadi garda terdepan penerima budaya asing. Sebab kawasan pesisir menjadi perlintasan arus dagang dari luar.

Kota Semarang memiliki tokoh yang kuat yakni Ki Ageng Pandanaran, begitu juga banyak tokoh-tokoh lain di Semarang. Namun budaya pesisiran di Kota Semarang merupakan perpaduan kesantrian dan kejawaan.

Jadi selain mendalami nilai-nilai kejawaan, masyarakat jawa cenderung memiliki karakter santri. Maka karakter orang semarang sangat egaliter, toleran, dan religius.

Bicara tentang pendiri Semarang ini untuk mendalami hakikat ke Gunung Jabalkat. Seperti cerita Sunan Kalijaga yang juga Guru Ki Ageng Pandanaran menyamar menjadi penjual rumput.

Setiap hari Sunan Kalijaga menyerahkan rumput, dan saat sudah merasa cukup banyak Sunan Kalijaga menagih uang pembayaran rumput tersebut.

Akan tetapi ia selalu berkilah dan menunda-nundaga pembayaran tersebut setiap kali ditagih dan bakan sampai marah-marah. Maka terjadi dialog antara Sunan Kalijaga atau penjual rumput dan Ki Ageng Pandan Arang.

“Hamba memang tidak begitu memerlukan uang. Bagi saya uang itu mudah diperoleh,” kata penjual rumput

“Sombong benar kamu. Apa buktinya kamu gampang mencari uang,” katanya

Maka penjual rumput tersebut mencangkul tanah, dan tiba-tiba berubah menjadi emas. Melihat peristiwa itu ia merasa takjub.

Dan ia berfikir, tentu penjual rumput ini tidak sembarang orang dan hanya Sunan Kalijaga gurunya yang bisa melakukannya. Pada akhir cerita ia bertaubat.

Kepimpinan Ki Ageng Pandanaran dan Sejarah Kota Semarang

Kota Semarang berasal dari sebuah desa diperbukitan bernama Pragota yang didirikan oleh Ki Ageng Pandanaran 1, yang selanjutnya kepemimpinan kota Semarang berlanjut kepada Ki Ageng Pandanaran 2 yang memiliki gelar Sunan Tembayat.

Dibawah kepemimpinannya 2 Kota Semarang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga membuat Pangeran Hadiwijaya kagum dan tertarik atas prestasi yang dicapai.

Maka pada tanggal 2 Mei 1547 Pangeran Hadiwijaya memutuskan status Kota Semarang menjadi setingkat dengan kabupaten. Dimana tanggal tersebut merupakan hari senin pahing dan bertepatan dengan 12 Robiul Awal yang merupakan kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Sayangnya untuk meneladani kepemimpinannya perlu kajian mendalam. Namun bisa digali sesuai dengan karater orang pesisiran dan budaya Jawa. Mengapa demikian? Karena selama ini masyarakat mengetahui Ki Ageng Pandanaran sebagai seorang yang memiliki sifat angkuh, sombong, congkak,penumpuk harta, dan tentunya sifat kikir telah menyelimuti tokohnya.

Hal ini tidak terlepas kisah antara Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai tukang rumput dengan Ki Ageng Pandanaran. Padahal dalam kisah, cerita, ataupun babad bawasanya Ki Ageng Pandanaran menjalankan pemerintahan dengan baik, kemajuan dibidang perdagangan dan keagamaan. Sehingga masyarakat menjadi makmur dan sentosa.

Bukan lantaran tidak meninggalkan jejak tertulis sebagaimana gurunya Sunan Kalijaga. Namun lebih dari itu, yakni mengapa Semarang diresmikan tanggal 2 Mei 1547 sebagai hari kelahiran Semarang.