Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang Gumilang Febriyansyah mempertanyakan terjadinya kebakaran Pasar Johar dan meminta antisipasi Banjir.
BARISAN.CO – Relokasi Pasar Johar di Kota Semarang mengalami kebakaran. Terkait kejadian tersebut, Kapolda Jateng melalui Kabidhumas Kombes Pol M Iqbal Alqudusy menyatakan Polda Jateng turut prihatin kejadian tersebut. Adapun penyebab pasti kebakaran masih dalam proses penyelidikan.
Menurut Kabidhumas, terdapat 512 kios yang ludes terbakar dalam kejadian itu. Kios-kios itu berlokasi di blok E-1 sampai E-8 serta blok F-1 sampai F-8.
“Kebakaran besar yang melanda pasar relokasi pedagang Johar di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) harus dievaluasi menyeluruh. Perlu diperiksa dan diaudit forensik,” sambungnya.
Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang Gumilang Febriyansyah Wisudananto mempertanyakan terjadinya kebakaran Pasar Johar, apakah struktur bangunan berstatus pasar relokasi bersifat sementara, sehingga mudah terbakar dan standar keselamatannya tidak ada, atau ada faktor teknis lain.
Lebih dari itu, Pemkot diminta segera mengurus nasib para pedagang yang kehilangan mata pencaharian karena ludes dagangannya. Bisa berupa pembangunan pasar darurat, Jumat (4/2/2022)
“Pasar Johar berkali-kali terbakar dan kini telah selesai dibangun kembali. Sekarang gantian pasar relokasi pedagang Johar yang terbkakar. Ini harus dievaluasi menyeluruh. Perlu audit forensik,” tutur wakil rakyat yang akrab dipanggil Febri Soemarmo ini.
Secara tegas dia meminta polisi harus segera menuntaskan penyelidikan mengenai penyebab kebakaran tersebut. Hasil penyelidikan polisi itu nanti menjadi bahan evaluasi pemerintah dalam membangun pasar relokasi maupun pasar apapun.
“Kita percayakan polisi yang menyelidiki. Polri perlu segera menuntaskan pemeriksaanya. Nanti hasilnya untuk bahan evaluasi Pemkot Semarang dalam membangun,” tandas anggota Fraksi PKB DPRD Kota Semarang ini.
Antisipasi Banjir
Lebih lanjut anggota Dewan yang aktif di Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor ini mengingatkan Pemkot Semarang harus mengantisipasi banjir. Antisipasi yang lebih konkrit berupa pencegahan maupun sistem mitigasi bencana alam menyeluruh.
“Sekarang musim penghujan. Pemkot harus sudah mengantisipasi. Karena pengalaman kebanjiran sudah sangat sering,” pinta dia.
Febri menyebutkan, tahun lalu terjadi banjir besar di banyak tempat. Yaitu di Genuk, Tembalang, Ngaliyan dan Semarang Utara. Bahkan di Tembalang yang dataran tinggi, disertai tanah longsor.
“Setiap banjir selalu menyengsarakan rakyat. Karena arus air masuk ke pemukiman. Genangan hingga berhari-hari membuat rakyat tidak bisa beraktivitas, perabotan rumah rusak, bahan makanan membusuk dan kemudian terkena penyakit. Ini yang harus ditangani,” tegasnya. [Luk]