Scroll untuk baca artikel
Blog

Kongres Aksara Pegon, Menag Minta Dibakukan dan Digitalisasi

Redaksi
×

Kongres Aksara Pegon, Menag Minta Dibakukan dan Digitalisasi

Sebarkan artikel ini

Kongres Aksara Pegon tema Mengawal Peradaban Melalui Digitalisasi Aksara Pegon, Menag Yaqut: hutang ini harus kita bayar dengan menjaganya

BARISAN.CO – Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Kongres Aksara Pegon yang bertemakan “Mengawal Peradaban Melalui Digitalisasi Aksara Pegon.” Kongres yang diinisiasi Kemenag pertama kali ini akan berlangsung di Jakarta pada 21-23 Oktober 2022.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menilai aksara pegon perlu dibakukan agar tidak menghilang, sebagaimana ada beberapa aksara daerah yang hilang karena tidak ada yang mencoba untuk melestarikan.

“Kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di nusantara kalau tidak ada huruf pegon yang menjadi perantara syiarnya,” imbuhnya saat membuka Kongres Aksara pegon, Jumat (21/10/2022) malam.

Lebih lanjut Menag mengatakan hutang ini harus kita bayar dengan menjaganya agar aksara pegon tidak hilang.

Menag Yaqut mencontohkan Suluk Sunan Bonang yang ditulis dengan aksara pegon. Manuskrip itu digunakan untuk melakukan dakwah dan syiar Islam. Disebutkan, umat Islam Indonesia juga mengenal Kitab Al-Ibriz yang sangat popular di kalangan santri. Kitab tersebut ditulis dengan aksara pegon oleh KH Bisri Mustofa. Demikian juga dengan Al-Tarjamah Al-Munbalajah yang ditulis oleh KH Sahal Mahfudz dengan aksara pegon.

“Banyak kitab kontemporer yang bermanfaat bagi peradaban keislaman yang ditulis dengan aksara pegon,” jelans Gus Men, sapaan akrab Menag

Menurut Gus Yaqut, sapaan akrab lain Menag, peran penting aksara pegon lainnya adalah menjadi sarana untuk menulis teks sastra.

“Aksara pegon selain untuk syiar agama, juga digunakan untuk membuat teks sastra. Pegon juga berfungsi untuk surat menyurat. Terutama santri kepada santriwati. Surat-surat raja-raja zaman dulu juga menggunakan aksara pegon sebagai media komunikasi dengan raja yang lain, agar kolonial tidak bisa membaca. Jadi aksara pegon juga menjadi huruf yang sangat taktis yang bisa digunakan untuk mengelabui kolonial agar tidak paham,” tuturnya.

Gus Yaqut kembali mencontohkan Syair Ya Lal Wathan yang sekarang sangat popular yang diciptakan Mbah Wahab Chasbullah dan isinya semangat mencintai tanah air juga ditulis dengan Bahasa Arab agar Belanda tidak paham.

Fungsi yang tidak kalah penting dari aksara pegon adalah penulisan mantra. Ada kitab Mujarobat, kata Menag, yang juga ditulis dengan huruf pegon, berisi doa-doa, baik untuk mahabbah maupun untuk kepentingan yang lain.

“Kongres aksara pegon ini benar-benar menemukan momentumnya. Saya berharap agar tidak hanya pembakuan, tapi kongres ini juga menginisiasi proses digitalisasi aksara pegon agar dapat mengikuti perkembangan zaman,” pesan Menag.

Digitalisasi Arab Pegon

Gus Yaqut mengatakan kitab kuning tidak hanya dalam bentuk kertas, tapi akan berubah menjadi e-book atau sejenisnya yang berbasis elektronik.

“Aksara pegon perlu didorong agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi sehingga bisa bertahan menjadi sebuah khasanah sekaligus kekayaan nusantara yang tidak mudah hilang ditelan perkembangan zaman,” imbuhnya.

Tujuan kongres aksara pegon untuk mendapatkan informasi dan berupaya untuk mendigitalisasi kekayaan literasi.

“Penyelenggaraan Kongres Aksara Pegon bertujuan menggali informasi mendalam tentang perkembangan dan sejarah penggunaan aksara pegon,” terang Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani. [Luk]

Video Selengkapnya:

Pembukaan Kongres Arab Pegon