Kelima, kebahagiaan juga dimaknai dengan ketika sudah tersingkapnya seluruh hakikat yang ada pada Allah. Ini merupakan derajat kebahagiaan puncak yang telah dicapai oleh para nabi.
Keenam, kebahagiaan dan kesempurnaan nafs ialah terukirnya jiwa dengan hakikat-hakikat al-Umur al-Ilahiyah dan telah bersatu dengannya seperti seolah-oleh jiwa (nafs) itu adalah Dia dan menjadi satu dengannya. Dalam istilah Imam al-Ghazali; “sesungguhnya kebahagiaan nafs dan kesempurnaannya itu terpatri bersama hakikat ketuhanan, menyatu dengannya sehingga seakan-akan itu adalah (bagian) dariNya”.
Ketujuh, kesempurnaan yang memungkinkan dicapai yaitu dapat bersama dengan malaikat dalam dimensi alam tertinggi (ufuq al-alam) dekat dengan Allah.
Kedelapan, sesungguhnya segala sesuatu yang dapat mengantarkan pada kebaikan dan kebahagiaan ia pula disebut sebagai kebahagiaan.
Jadi, untuk menemukan kebahagiaan hidup, Anda harus menengok lebih dalam ke dalam diri Anda sendiri. Jika ukuran kebahagiaan adalah kepemilikan, Anda tentu akan bingung dengan beberapa penelitian di atas. Jika kebahagiaan adalah dengan banyaknya menerima penghasilan, banyak orang yang menemukan kebahagiaan malah dengan banyak memberi.
Itulah mengapa seorang yang beriman sangat mengagumakan, mereka menjadi bahagia karena ketulusannya menerima berbagai keadaan dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur serta semangat berbuat kebajikan. Mereka tetap produktif meski ditempa kesusahan, sabar dan bertawakal, dan pada tahap parupurnanya menemukan hakikat kebahagiaan yang immateriil.