Scroll untuk baca artikel
Terkini

Krisis Air Urea, Warga dan Para Konglomerat di Korea Selatan Gotong Royong Membantu

Redaksi
×

Krisis Air Urea, Warga dan Para Konglomerat di Korea Selatan Gotong Royong Membantu

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Korea Selatan (Korsel) mengalami krisis air urea. Pasokan air urea di Korsel, sekitar 97,6 persennya berasal dari negeri Tirai Bambu selama sembilan bulan terakhir.

Akan tetapi, kurangnya pasokan batu bara yang menjadi bahan baku utama produksi urea membuat China memutuskan memperketat ekspor zat aditif yang banyak digunakan untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan.

Kepanikan terjadi lantaran Pemerintah Korsel sejak tahun 2015 telah mewajibkan para pemilik menggunakan diesel exhaust fluid (DEF) untuk mengurangi emisi gas buang kendaraannya.

Sementara, 40 persen kendaraan yang terdaftar di Korsel saat ini menggunakan bahan bakar diesel. Ada sekitar 4 juta kendaraan diesel di Korsel yang memerlukan larutan urea untuk bisa bergerak. Dari jumlah tersebut, termasuk 2 juta truk kargo.

Umumnya, sebotol larutan urea 10 liter cukup untuk mobil penumpang menempuh jarak hingga 20.000 km. Akan tetapi, truk kargo yang mengangkut barang lebih sering membutuhkan pengisian ulang.

Intervensi Pemerintah

Yonhap News Agency melaporkan dalam pertemuan Kabinet luar biasa, Perdana Menteri Korea Selatan, Kim Boo-Kyum membahas langkah-langkah mengatasi keterbatasan urea. Dalam pertemuan itu, anggota kabinet sepakat bahwa pemerintah yang berwenang mengontrol produksi, pengiriman, serta penjualan larutan urea.

Di bawah aturan yang berlaku hingga akhir tahun ini, vendor harus melaporkan impor, penjualan, harga, dan persediaan urea dan larutan urea kepada pemerintah Korsel setiap harinya.

Menurut Kementerian Perindustrian Korsel, hal itu untuk mencegah penimbunan. Pengemudi mobil penumpang dapat membeli hingga 10 liter. Sedangkan, pengguna truk, konstruksi, serta mesin pertanian boleh membeli hingga 30 liter air urea.

Secara prinsip, penjualan urea hanya diperbolehkan di SPBU dan dilarang ekspor tanpa izin dari pihak berweang untuk menghindari hal-hal yang diinginkan.

Pemerintah Korsel akan memangkas tarif impor urea menjadi nol hingga 30 Juni 2020. Sebelumnya tarif impor urea di Korsel ialah 5-6,65 persen.

Bagi pelanggar akan dikenakan hukuman penjara maksimal 3 tahun atau denda 100 juta won.

Selain memangkas tarif impor dan kontrol darurat, pemerintah Korsel juga berencana mengimpor 200 ton urea dari Vietnam dan membawa 27.000 liter larutan urea dari Australia melalui pesawat militer.

Sebagai pihak berwenang dan demi menstabilkan harga pasar, pemerintah akan menindak penimbunan dan distribusi illegal urea.

Gotong Royong Masyarakat

Mendapati, negerinya mengalami krisis, masyarakat Korsel bahu-membahu membantu. Terlebih, rata-rata satu pemadam kebakaran membutuhkan lebih dari 1 liter air urea per harinya.

Korea Now, melaporkan warga Korsel secara rahasia mengirimkan air urea ke stasiun pemadam kebakaran. Petugas pemadam kebakaran di Incheon Songso menyebut orang-orang itu adalah pahlawan sesungguhnya di masyarakat.

“Atas nama petugas pemadam kebakaran di seluruh negeri, saya ingin mengucapkan terima kasih,” katanya pada Rabu (10/11/2021).

Seorang pengemudi mobil putih juga terlihat meninggalkan 30 liter air urea di depan stasiun pemadam kebakaran Gimhae, Gyeongnam. Setelah itu, pengemudi langsung berkendara.

Di stasiun pemadam kebakaran Deokjin, seorang perempuan menyumbang 30 liter air urea. Ketika petugas menanyakan namanya untuk mengungkapkan rasa terima kasih, perempuan itu segera meninggalkan tempat dan pergi membawa mobilnya.

Aktor Korea Selatan, Choi Siwon pada 10 November lalu turut menyumbangkan 100 liter cairan urea ke Gangseo Fire Station. Ia menyumbangkan 10 botol, masing-masing berisi 10 liter urea.

Konglomerat Turun Tangan

Tak mau ketinggalan, mengutip Korea Times, konglomerat LX International. Lotte Fine Chemical, dan POSCO International, memanfaatkan jaringan mereka di luar negeri untuk mengamankan bahan-bahan yang amat dibutuhkan bagi negaranya.