Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
lukisan matahari

Lukisan Matahari – Cerpen Eko Tunas

:: Eko Tunas
19 Februari 2023
dalam Cerpen
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

SIANG menggelap oleh mendung di langit Semarang, ketika Sanu turun dari kereta api. Ia ingin segera bertemu Santi, setelah lima jam perjalanan dari Jakarta. Melalui WA, teman chatingnya itu berjanji akan menjemputnya di pintu keluar stasiun.

Ia memilih mengalah dari ratusan penumpang, di akhir bondongan. Tak banyak yang ia bawa, kecuali tas ransel, terutama seamplop besar uang yang terselip di antara pakaian. Uang sejumlah seratus juta untuk pembayaran lukisan kuno karya pelukis legendaris.

Santi, seperti pengakuannya, bukan jenis orang yang punya fasilitas transfer banking. Ini agak aneh, pikir Sanu, atau itu hanya alasan saja agar mereka bisa bertemu. Seorang wanita yang bekerja sebagaimana bidang Sanu, pemburu barang antik.

Usia Santi sepuluh tahun lebih tua dari Sanu yang telah menginjak empatpuluh tahun. Dari photo profilnya, Santi Martodipuro mirip bintang film 90-an Tuti Sadya.

Nama Martodipuro dipahami Sanu sebagai nama belakang yang dikesankan tua, yang biasa disandang oleh para pemburu barang antik bernilai sejarah.

Keluar dari gerbang, Sanu segera dihadapkan pada sosok yang lebih tinggi besar dari bayangannya. Santi tersenyum sambil menyalaminya, lalu mengajaknya menyusur jalan menuju parkir yang cukup jauh.

Sanu jadi merasa imut, berendeng setinggi bahu wanita yang mengaku janda beranak tiga itu.

Tanpa basa-basi Santi berkata, “kita ke hotel,” sambil menghidupkan mobilnya. Padahal sebelumnya Santi berjanji akan mengajak Sanu ke rumahnya, sekalian melihat lukisan itu.

Senyumnya masih tersungging sambil melirik Sanu, “tenang saja, saya kan sudah bilang, Sanu sudah saya anggap anak.”

BUKAN soal emak dan anak, pikir Sanu, tapi ini yang awal Santi menyalahi janji. Penasaran Sanu bertanya, “di mana lukisan itu?” Santi kontan menjawab, “ada saya bawa, di belakang.” Siang menggelap oleh mendung jadi basah oleh hujan cukup menderai.

Anehnya, Santi mau membawa Sanu ke hotel di pinggiran kota, “perjalanan kira-kira satu jam,” cetusnya. Setelah ngobrol penuh candatawa, Santi kemudian mengungkapkan awal kariernya sebagai pemburu barang antik dan lukisan kuno.

Dimulai sejak usia tigapuluh tahun, saat ia mengikuti lelang lukisan di balai lelang di Singapore. Sebelumnya ia mendapat info, ada lukisan seorang Raja Jawa karya Raden Saleh. Ikut di sesi lelang itu, dan memenangkan lelang di harga seratus juta rupiah.

Kembali dari Singapore ia menununjukkan lukisan itu pada kolektor yang mau membeli lukisan karya Raden Saleh itu. Alex Virgo si kolektor, temannya, juga seorang pelukis senior dan ahli dibidang seni lukis dengan referensi internasional.

Apa lacur, Alex bilang lukisan karya Raden Saleh itu palsu. “Bukan Raden Saleh yang kau perkirakan,” ujar Alex, “meski secara hukum ini tidak tergolong pemalsuan lukisan.” Santi terperangah, “bagaimana jelasnya?”

Alex pun menjelaskan, “tandatangannya memang R Saleh, serupa tandatangan Raden Saleh.” Santi belum juga mudeng atas penjelasan itu, “saya masih belum mengerti,” tukasnya. Lalu Alex menyatakan kebenaran yang ia ketahui, “lukisan Raja Jawa ini karya seorang pelukis yang memang bernama sama, R Saleh.”

Santi terhenyak, dan naluri pemburunya mulai menegasi. Ia memburu pelukis bernama kwas R Saleh itu di Jakarta. Penasaran Sanu bertanya, “ketemu?” dan Santi mengangguk dengan pandangan bagai menerawang jauh.

SAMPAI di satu hotel pinggiran kota, Santi memesan makanan dan minuman. “Kita makan dulu,” cetusnya sambil berkata, “ada cerita yang butuh enerji untuk mengungkapnya. Mereka kembali ngobrol ngalor-ngidul sembari bersantap, dan kali ini Sanu merasa ada emosi batin tersendiri dari nada bicara Santi.

Sampai kemudian Santi membuka amplop besar lukisan legendaris yang mau dibeli Sanu. Satu lukisan ‘Wanita dan Matahari’. Sanu terpana melihat lukisan itu, yang ternyata lukisan wanita telanjang sedang meraih matahari, dan model lukisan itu tak lain dan tak bukan adalah Santi.

Lebih terpana lagi saat Santi menunjuk tandatangan si pelukis: R Saleh. Terduduk Santi di tepi pembaringan dengan wajah ngungun, “dia melukis saya di kamar hotel ini sepuluh tahun lalu,” desah Santi. “Sampai kemudian Bang Saleh meninggal dunia karena serangan jantung,” tambah Santi dengan nada sendu.

Kemudian Santi mengangguk, membalas tatapan penuh tandatanya Sanu. “Dari Bang Saleh saya melahirkan dua anak, justru dari perkawinan yang dimulai dengan konflik, berisi penuh konflik, dan berakhir pada konflik.”

Tapi menempelak Santi, saat Sanu menukas, “dan kau mau memulai konflik dengan saya?” Santi menggeleng, “saya justru ingin mengakhiri hidup saya yang penuh konflik,” sendetnya, “terimalah lukisan itu, dan bawalah kembali uangmu itu.”

Sesaat Santi mencoba tersenyum dalam sendu, saat Sanu menyanggah, “kenapa harus saya?” Ada desir yang berubah menjadi detak di dada, saat tatap mata Sanu menatap tajam tatapannya. “Kita memang beda usia,” decah Santi, “tapi saya merasa, konflik dalam hidup saya telah berakhir sejak kita bertemu di dunia maya.”

Sesaat kemudian ia merebah saat Sanu menegasi, “dunia ini memang Maya, Santi.” Dalam tatapandang penuh arti Santi berusaha memberi senyum sejujur senyum, “tapi aku merasa dunia kita nyata.” Tatapan Sanu semakin tajam dalam kepastian pertanyaan, “maksudmu?” Lalu Santi pun berbisik penuh keibuan, “bukankah kenyataan bahwa kau seorang oidipus compleks?”***

Editor: Lukni
Bagikan1Tweet1Send
Eko Tunas

Eko Tunas

Eko Tunas, budayawan, tinggal di Semarang.

POS LAINNYA

Bunga-Bunga
Cerpen

Dilarang Mencintai Bunga-Bunga

26 Maret 2023
dipecat
Cerpen

Dipecat – Cerpen Noerjoso

19 Maret 2023
daripada
Cerpen

Daripada – Cerpen Edhie Prayitno Ige

12 Maret 2023
Bangku Panjang di Cikini – Cerpen Yayat R Cipasang
Cerpen

Bangku Panjang di Cikini – Cerpen Yayat R Cipasang

26 Februari 2023
Kau dan Aku Sudah Berakhir
Cerpen

Kau dan Aku Sudah Berakhir

12 Februari 2023
perampokan di ladang rumput
Cerpen

Perampokan Di Ladang Rumput – Cerpen Noerjoso

5 Februari 2023
Lainnya
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang