Barisan.co – Menjadi mahasiswa rantau memang banyak menghasilkan pengalaman hidup menarik dan kisah yang unik. Pasalnya, selama pandemi covid-19 melanda, Indonesia menerapkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sehingga membuat sebagian mahasiswa rantau di Jakarta merasa kesulitan mencari makan dan keterbatasan kuota internet.
Selain itu, banyak mahasiswa yang kembali ke kampung halaman masing-masing lantaran kekurangan biaya untuk melanjutkan hidup di kosan. Meski demikian, tidak semua mahasiswa perantau pulang ke kampung halamannya, sebagian dari mereka juga tetap memilih tinggal di kosan mereka.
Salah satu alasan mahasiswa rantau bertahan di tanah rantaunya yakni mereka takut membawa virus yang bisa membahayakan keluarga di rumah.
“Saya memilih tinggal di kosan lantaran takut membawa virus corona ke kampung halaman saya,” ujar Muhammad Ulil Absor mahasiswa pasca sarjana UIN Jakarta dalam mimbar virtual barisan.co, Selasa (8/12/2020).
Menurut Ulil, ada 2 karakter mahasiswa yaitu pertama, mahasiswa yang notabennya mendapat beasiswa. Kedua, mahasiswa dengan biaya mandiri atau kuliah dengan biaya sendiri.
Untuk mahasiswa yang mendapat beasiswa ini tidak begitu mengalami kendala secara financial, namun sebaliknya dengan mahasiswa mandiri akan mengalami kesulitan salah satunya untuk biaya perkuliahan.
“Kita tidak bisa mukul rata nasib mahasiswa rantau pada saat pandemi, ada kawan saya yang lebih senang di Jakarta daripada di kampung halamannya lantaran takut membawa virus ke keluarganya yang ada di rumah,”kata Ulil.
Untuk menyiasati pengeluaran yang besar pada saat pandemi ini beberapa mahasiswa sempat memilih untuk tinggal bersama teman kosan yang lain dan ada juga yang tinggal bersama kerabatnya.
Fasilitator pemuda rantau di Jakarta Laode Basir mengatakan mulai dari sekarang kita sama-sama mulai melakukan gerakan kerelawanan yaitu dengan pendataan mahasiswa-mahasiswa rantau yang kos di Jakarta atau daerah yang lain.
Hal ini bertujuan agar kita sama-sama bisa mencari jalan keluar yang nantinya bisa membantu para mahasiswa rantau yang terkena dampak covid-19.
“Saya dan kawan-kawan komunitas sudah turun membantu mahasiswa rantau dari Timur yaitu Sulawesi, Maluku hingga Papua yang terkena dampak covid-19. Saya mendatangi kos-kos mahasiswa daerah atau asrama daerah Indonesia Timur yang kedapatan kekurangan supply makanan, kekurangan data internet dan sebagainya,” kata Laode Basir.
Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi saat ini harus tetap kita syukuri kita jalani dengan ikhlas. Apapun yang kita lalui saat ini jadikanlah sebagai suatu pembelajaran agar kedepannya lebih mampu lagi menerima kenyataan.
Jangan sampai keadaan pandemi covid-19 ini membuat ekonomi dan sumber daya manusia jadi menurun. []