Bagi Friedrich Nietzsche, penderitaan adalah berkah tersembunyi.
BARISAN.CO – Setiap orang pasti pernah menderita. Itu yang harus dipahami oleh semuanya.
Meski, beberapa orang mungkin terlihat dengan mudah memperoleh sesuatu, namun mereka pasti mengalami penderitaan yang tersembunyi . Bagi sebagian orang, itu bisa memburuknya kesehatan fisik atau kematian orang yang dicintai. Bagi yang lain, kesulitan ekonomi atau penindasan politik.
Tampaknya, penderitaan tidak ada habisnya. Setiap hari, ada perang, pembunuhan, pemerkosaan, dan penganiayaan yang terjadi di seluruh dunia. Terkadang, kita hanya melihat penderitaan dari kejauhan. Ketika menyerang lebih dekat jaraknya, penderitaan itu semakin terasa.
Sayangnya, hal-hal baik pun bisa berubah menjadi sumber penderitaan. Hubungan dapat memberi kita beberapa kebahagiaan terbesar dalam hidup ini, tetapi hubungan itu juga dapat menyebabkan luka yang dalam dan bertahan lama. Salah satu pengalaman paling mengerikan dalam hidup ini adalah kematian orang yang dicintai. Dikhianati oleh teman atau pasangan yang mengakhiri hubungan romantis menjadi sumber sakit hati yang dapat memiliki efek jangka panjang pada hubungan di masa depan.
Masuk akal mengingat semua penderitaan di dunia membuat segelintir orang akan bertanya mengapa Tuhan yang baik tidak turun tangan untuk mengubah keadaan.
Namun, pandangan Friedrich Nietzsche amatlah berbeda. Fisuf asal Jerman ini, dalam bukunya, “The Will to Power”, dia berpendapat, keinginan untuk berkuasa adalah akar dari semua kebahagiaan dan penderitaan kita sebenarnya adalah sumber kekuatan.
Friedrich percaya, ketika kita mengalami penderitaan, itu dapat membawa kita ke hal-hal yang lebih besar. Dia melihat penderitaan sebagai tanda bahwa manusia hidup dan berkembang.
Menurutnya, penderitaan adalah berkah tersembunyi. Teorinya sederhana, orang yang mampu bertahan dalam keadaan sulit dan rasa sakit merupakan individu yang lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan hidup.
Dia menganggap, mereka yang mampu menderita dan bertahan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk memperoleh makna dan tujuan hidup. Misalnya, saat seseorang dipaksa keadaan untuk menghadapi dan mengatasi kelemahannya yang merupakan langkah untuk menuju keagungan.
Hidup berarti menderita, bertahan hidup berarti menemukan makna dalam penderitaan. Friedrich Nietzsche
Kutipan ini mengungkapkan tentang pentingnya menemukan makna dalam penderitaan kita. Hanya dengan begitu, kita dapat menemukan tujuan dalam hidup kita dan terus bergerak maju meskipun kesulitan kita.
Baginya, hidup penuh dengan rasa sakit, kekecewaan, dan frustrasi. Dia mengklaim itu satu-satunya cara untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup dalam menemukan tujuan atau makna di tengah semua penderitaan.
Penderitaan adalah bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan. Itu adalah sesuatu yang kita semua alami di beberapa titik dalam hidup kita.
Bagi beberapa orang, penderitaan tidak tertahankan dan mereka tidak dapat menemukan makna apa pun di dalamnya. Sedangkan, bagi yang lain, penderitaan bisa menjadi sarana untuk menemukan sesuatu yang lebih besar.
Oleh karena itu, Friedrich Nietzsche menyimpulkan, satu-satunya cara untuk melakukan ini adalah dengan menciptakan nilai dan makna kita sendiri daripada bergantung pada nilai dan makna yang diberikan kepada kita oleh masyarakat.
Penderitaan membuat kita menjadi manusia. Penderitaan dan kesengsaraan sudah ada sejak manusia lahir ke bumi. Ketika menderita, kita terhubung dengan nasib bersama orang-orang yang datang sebelum kita dan orang-orang yang akan datang setelahnya.
Roda selalu berputar. Ketika menderita, ingatlah saat senang. Bandingkan betapa banyak nikmat yang telah Tuhan berikan terhadap kita. Lalu bandingkan lagi dengan orang sekitar yang tetap lapang dan tabah di saat mereka jauh dari kata kecukupan.