Bagaimanapun tingginya rob dan amblesan tanah yang terus-menerus itu adalah fakta. Sementara biaya mengurug dan renovasi rumah, sangatlah memberatkan warga. Mereka harus menguras tabungan dari hasil kerja yang mulai tak menentu.
Saya belum punya alternatif selain bedol desa. Bahwa seluruh penghuni desa mesti rela untuk meninggalkan desanya. Dan sekali lagi, pemerintah mesti hadir menginisiasi demi kenyamanan warga terdampak.
Saya tak begitu yakin dengan proyek tol dan tanggul laut di kedua kota tersebut bisa mengatasi rob. Karena nyata-nyata amblesan tanah terus berlangsung.
Dan akan sampai kapan warga desa di pesisir utara itu harus terus-terusan menabung hanya untuk meninggikan rumah karena amblesan tanah?
Dalam khazanah tasawuf, kenyataan warga terdampak itu mirip dengan situasi Nabi Yunus yang tersesat ke dalam perut ikan. Situasi yang buruk, gelap, dan tak jelas mesti mengadu kepada siapa lagi, selain menangis di hadapan Allah.
Mereka tidak bisa lari dengan berputus asa, tapi juga tidak dengan memaki-maki keadaan, menuding dan mengutuk pemerintah. Sebagai warga terdampak, sebagaimana Nabi Yunus mengatasi masalahnya dengan bertasbih dan mengakui kezaliman dirinya.
Betapa yang melatari segala benda-benda, unsur, partikel, batu, air, lautan, bumi, bulan, hingga bintang-bintang, adalah berkat sifat al-Malik al-Quddus Allah.
Bahwa wujud-wujud itu adalah milik Sang Wujud Yang Mahasuci. Bahwa kenyataan alam itu bersifat suci. Suci karena hakikatnya tidak terusik oleh siapa pun selain kepada-Nya, dan hanya akan menyerah total kepada-Nya untuk apa pun.
Selanjutnya, di sisi penguasa mesti menyandang sifat al-Jabbar Allah, yang melatarbelakangi akal, yang menyanggupkannya berdaya kreatif. Juga sifat al-Mutakabbir Allah, yang mengandaikan pemerintah memiliki kesadaran bertanggung jawab kepada rakyat yang dipimpinnya.
Dengan demikian, orang-orang yang berkuasa harus benar-benar peduli dengan rakyat yang terpinggirkan itu. Bahwa bumi ini niscaya lestari jika golongan yang kuat mau mengulurkan tangan kepada yang lemah. Golongan kaya menjamah golongan miskin. Kaum pintar mendekati kaum awam.
Jika tidak ada yang demikian, ya, apa boleh buat: mari tanam pohon di depan rumah, walau esok pagi akan kiamat! []