Peringatan ini menurut saya sangat serius dan keras buat institusi pendidikan. Jika tak ada perubahan signifikan, peringatan itu bisa berubah menjadi ‘lonceng kematian’.
Bahwa, ada sejumlah perusahan besar dunia kini melakukan rekrutmen karyawan tanpa mempertimbangkan latar belakang pendidikan. Di antara perusahaan itu adalah Google, IBM, Intel, Hilton, Starbucks, Pinguins Book Limited, PWC, Ernst And Young.
Saya menduga masih banyak perusahaan lain yang mengikuti jejak perusahaan ternama di atas. Saya juga menduga, rekrutmen karyawan tanpa memperhatikan latar pendidikan akan makin meluas kalau tidak boleh dibilang tren.
Mengapa mereka tak hirau latar belakang pendidikan buat karyawan? Menurut saya setidaknya ada tiga hal. Pertama, perusahaan mencari karyawan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Kompetensi adalah kata kunci. Asal kompetensi terpenuhi, urusan selesai. Persoalan bagaimana kompetensi diperoleh itu terserah mereka yang melamar pekerjaan.
Kedua, wahana publik untuk memiliki kompetensi dibidang apapun saat ini terbuka lebar. Institusi pendidikan hanya salah satu jalan. Publik bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai media seperti internet, lembaga kursus, BLK atau penyedia jasa pelatihan.
Hari ini, melalui sarana multimedia, siapapun bisa belajar apapun mulai dari ilmu filsafat, sejarah, politik hingga tata cara membuat kue atau beternak lele. Kuliah via internet lebih menarik, interaktif, detail, dan mudah dipahami.
Ketiga, dunia pendidikan menurut saya adalah satu di antara institusi yang paling lambat merespons perubahan. Dari cara-cara yang diterapkan, seperti ‘seragam’, kelas, ceramah dan siswa mendengar adalah cara yang berlaku sejak ratusan tahun. Cara itu masih berlaku sampai sekarang dan cenderung belum akan berubah untuk waktu mendatang. Selain konservatif, efektivitas pendidikan juga banyak dipertanyakan.
Apa yang akan terjadi dengan dunia pendidikan mendatang? Menurut saya, jika tak ada perubahan radikal, cepat atau lambat dunia pendidikan akan ditinggalkan masyarakat. Kemegahan bangunan sekolah berpotensi akan menjadi puing-puing sejarah atau museum budaya.
Dinamika pendidikan akan bergeser di ruang ruang publik secara meluas dan informal. Atau akan berkembang jenis-jenis pendidikan baru yang berbeda sama sekali dengan tata kelola pendidikan yang saat ini ada.
Masyarakat terbuka untuk mendapat pengetahuan dan memiliki kompetensi seperti yang diinginkan dengan cara-cara yang mereka inginkan sendiri. Keterdidikan dan keahlian tak lagi hegemoni dunia pendidikan. []
Adib Achmadi, Penulis tinggal di Slatri, Brebes