Scroll untuk baca artikel
Terkini

Mbak Sipon, Istri Penyair Aktivis Wiji Thukul Meninggal Dunia

Redaksi
×

Mbak Sipon, Istri Penyair Aktivis Wiji Thukul Meninggal Dunia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Istri dari penyair dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang hilang secara paksa meninggal pada hari ini, 5 Januari 2023 di kota kediamannya, Solo.

Adik kandung Wiji Thukul, Wahyu Susilo mengonfirmasi kebenaran berita meninggalnya istri dari sang kakak melalui postingan di Instagram.

“Sugeng tindak mbak Pon. Semoga ketemu kangmas Thukul,” tulisnya, Kamis (5/1/2023). Ia pun mendoakan agar putra-putri dari Wiji Thukul dan Sipon diberikan ketabahan. “Fajar Merah dan Nganthi Wani tabah ya,” kata Wahyu.

Amnesty International Indonesia menyebut semasa hidup, Sipon terus memperjuangkan keadilan bagi sang suami. Di sisi lain, Sipon juga merintis Sanggar Suka Banjir, komunitas yang memberdayakan anak-anak dengan ekonomi rentan di kampungnya.

“Semasa hidup, Mbak Sipon tak pernah letih melawan ketidakadilan. Mbak Sipon juga merintis Sanggar Suka Banjir, komunitas yang memberdayakan anak-anak dengan ekonomi rentan di kampungnya, tulis Amnesti lewat akun twitterya.

Ibu Siti Diah Sujirah atau yang dikenal dengan Mbak Sipon ini dikabarkan meninggal dunia karena serangan jantung pada hari ini.

Sebelumnya Mbak Sipon dikabarkan memiliki penyakit gula yang parah dan sudah diderita sejak lama yang membuat kakinya harus diamputasi.

Pada 1998 di masa pemerintahan Presiden Soeharto, Mbak Sipon bersama kedua anaknya yaitu Fitri Nganthiwani dan Fajar Merah terpaksa harus ditinggalkan oleh Wiji Thukul yang merupakan sosok suami dan ayah dari kedua anaknya.

Sebagai seorang aktivis dan penyair pada masa orde baru, Wiji Thukul harus menjadi salah satu buronan dari tiga belas orang yang hilang untuk melarikan diri dari kejaran aparat pemerintah pada 1997-1998 saat menjelang pergantian rezim orde baru ke reformasi.

Thukul pindah dari rumah ke rumah menghindari kejaran aparat dan Intel pemerintah. Dalam pelarian itu ia mengaku bahwa hidup menjadi buronan lebih menakutkan ketimbang menghadapi sekumpulan orang bersenjata.

Sejak dinyatakan hilang, sampai saat ini keberadaannya Wiji Thukul masih misteri apakah ia masih hidup atau sudah tiada.

Kisah keberanian Wiji Thukul dikenang dalam film berjudul “Istirahatlah Kata-Kata”. Salah satu slogan yang terkenal dari salah satu bait puisi karya Wiji Thukul berjudul “Peringatan” adalah berasal dari penggalan kalimat “Maka hanya ada satu kata: lawan!” [rif]