Orang yang hobi baca buku juga jangan sangka akan membaca habis sebuah buku. Tidak semuanya dibaca sampai tuntas. Bisa jadi hanya dibaca sebagian dan baru dilanjutkan bulan depan atau tahun depan. Atau kapan saja.
Saya selalu ingat pernyataan jurnalis senior Rosihan Anwar yang pernah mengatakan kira-kira begini, “Baca apa saja, mau mengerti atau tidak sekalipun apa yang Anda baca. Suatu saat mungkin bermanfaat karena hanya mengenal judul atau mungkin warna kovernya saja.”
Petuah Rosihan Anwar saya rasakan sendiri manfaatnya sekarang. Ketika akan menulis sebuah esai saya selalu mendapat inspirasi dari buku-buku lawas. Kadang saya hanya ingat judulnya atau kovernya. Dengan petunjuk itu, buku dengan mudah diperoleh di perpustakaan.
Saat SD saya pernah membaca cerpen Bondan Winarno berjudul “Mantel Bulu” di Majalah Femina. Cerpen yang sangat menarik saat itu karena menjadi pemenang Sayembara Cerpen Femina tahun 1985. Namun, sayang saya baru baca setengah jalan majalah kakak saya sudah dipinjam orang dan tak pernah kembali.
Ketika saya ke toko buku, saya menemukan buku kumpulan cerpen Bondan Winarno berjudul “Petang Panjang di Central Park” yang diterbitkan Noura Books. Di dalamnya ternyata dicantumkan juga cerpen “Mantel Bulu” bagian dari 25 cerpen terpilih karya pakar kuliner dan wine “Maknyus” Bondan Winarno.
Saya sangat bahagia. Senang. Dan seperti menemukan harta karun. Saya baru tahu, bahagia itu ternyata sederhana.
Setelah menamatkan baca cerpen, saya bergumam, “Ternyata ketika SD di kampung saya sudah baca tentang pelacur Amerika.” [rif]