Sebuah studi baru menunjukkan, dengan menggunakan smartphone dan perangkat digital lainnya untuk menenangkan anak kecil dapat menjadi bumerang dan akhirnya menghambat perkembangan emosional mereka.
BARISAN.CO – Sebuah studi tahun 2016 menemukan, semakin banyak orang tua yang menggunakan tablet dan smartphone untuk mengatasi amukan anak mereka. Penelitian itu mengungkapkan, semakin sulit mengatasinya, semakin besar kemungkinan orang tua beralih ke teknologi untuk menenangkan situasi.
Para peneliti dari University of Michigan Health System itu mengamati hampir 150 anak berusia 15-36 bulan dan bertanya kepada orang tua tentang situasi di mana mereka memberikan perangkat seluler kepada anak mereka.
Amat disayangkan, sebuah survei di Amerika Serikat justru mengungkapkan, 70 persen orang tua justru menggunakan perangkat semacam itu untuk mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Sementara, penelitian di Irlandia menunjukkan, 62 persen anak-anak berusia antara 4 dan 11 tahun menggunakan ponsel cerdas dan tablet.
Kini, sebuah studi baru menunjukkan, dengan menggunakan smartphone dan perangkat digital lainnya untuk menenangkan anak kecil dapat menjadi bumerang dan akhirnya menghambat perkembangan emosional mereka.
Mengutip Study Finds, para peneliti dari Michigan Medicine menjelaskan, teknologi digital dapat membantu menenangkan balita dalam jangka pendek, tetapi juga dapat mengurangi kesempatan mereka untuk melatih keterampilan mengatasi emosi.
Para ilmuwan menambahkan, memberikan layar kepada anak usia prasekolah yang moody tampaknya menawarkan perbaikan cepat, namun hal itu juga dapat menyebabkan perilaku menantang yang lebih parah di kemudian hari.
Temuan studi ini menunjukkan, seringnya penggunaan smartphone dan tablet untuk menenangkan anak-anak yang kesal antara usia tiga dan lima tahun menyebabkan peningkatan disregulasi emosi pada anak-anak, terutama pada anak laki-laki.
“Menggunakan perangkat seluler untuk menenangkan anak kecil mungkin tampak seperti alat sementara yang tidak berbahaya untuk mengurangi stres dalam rumah tangga, tetapi mungkin ada konsekuensi jangka panjang jika itu adalah strategi yang biasa dilakukan. Khususnya pada anak usia dini, perangkat dapat menggantikan kesempatan untuk pengembangan metode mandiri dan alternatif untuk mengatur diri sendiri,” kata penulis utama Jenny Radesky, M.D., seorang dokter perkembangan perilaku anak di University of Michigan Health C.S. Mott Children’s Hospital, dalam rilis media.
Bahkan, ini bisa menjadi bumerang di antara anak laki-laki dan orang-orang dengan ADHD
Penelitian yang melibatkan 422 orang tua dan 422 anak berusia tiga hingga lima tahun itu juga menganalisis, tanda-tanda peningkatan disregulasi dapat mencakup perubahan cepat antara kesedihan dan kegembiraan, perubahan suasana hati atau perasaan yang tiba-tiba, dan impulsif yang meningkat.
Temuan menunjukkan, hubungan antara penenangan perangkat dan konsekuensi emosional sangat tinggi di antara anak laki-laki dan anak-anak yang mungkin sudah mengalami hiperaktif, impulsif, dan temperamen kuat yang membuat mereka cenderung bereaksi secara intens terhadap perasaan seperti kemarahan, frustrasi, dan kesedihan.
“Temuan kami menunjukkan bahwa menggunakan perangkat sebagai cara untuk menenangkan anak-anak yang gelisah dapat menjadi masalah bagi mereka yang sudah berjuang dengan keterampilan mengatasi emosi,” kata Jenny.
Dia menambahkan, periode pra-sekolah adalah tahap ketika anak-anak lebih cenderung menunjukkan perilaku yang sulit, seperti amukan, pembangkangan, dan emosi yang intens. Itu mungkin membuatnya semakin tergoda untuk menggunakan perangkat sebagai alat pengasuhan anak.
“Pengasuh mungkin merasa lega dari penggunaan perangkat jika mereka dengan cepat dan efektif mengurangi perilaku negatif dan menantang anak-anak. Ini terasa bermanfaat bagi orang tua dan anak-anak dan dapat memotivasi mereka berdua untuk mempertahankan siklus ini,” tutur Jenny.