Memilih pemimpin negarawan adalah faktor penentu menuju visi kehidupannya yang lebih baik dan memenuhi amanat Undang-Undang serta harapan para pendiri bangsa.
BARISAN.CO – Jika ada pertanyaan tentang siapa pemimpin ideal untuk memimpin bangsa saat ini? Jawaban saya adalah, pemimpin yang menginspirasi dan menggerakkan.
Kepemimpinan adalah penciptaan lingkungan di mana orang lain mampu mengaktualisasikan diri dalam proses menuntaskan pekerjaan, menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan menuju harapan dan cita-cita bersama meraih kebaikan hidup dan kesejahteraan.
Memilih calon pemimpin negara tentu tidak seperti memilih calon pasangan hidup. Meskipun kepemimpinan dalam skala kecil (rumah) akan memberi dampak terhadap kepemimpinan skala besar (pemerintahan negara).
Karena pemimpin negara adalah orang yang harus memiliki kualifikasi ‘kenegarawanan’. Pemimpin negara menjadi harapan optimum kualitas sebuah bangsa dan negara, serta menjadi kompas kehidupan secara nasional berdasarkan kultur dan prinsip hidup yang dibangun.
Memilih calon pemimpin bukan untuk sehari dua hari. Dalam sistem ketatanegaraan kita, minimal untuk lima tahun menjabat berdasarkan Undang-Undang. Maka calon pemimpin, haruslah menjadi perwakilan yang menyeluruh, membangun dan mewujudkan visi untuk seluruh warga negara selama lima tahun bekerja, bukan untuk merepresentasikan kepentingan politik dari organisasi partai yang mengusungnya.
Memilih calon pemimpin
Kita sering dihadapkan pada situasi di mana kepentingan menjadi taruhan atas kepemimpinan bangsa. Karena “tiket” menjadi presiden didapat dari dukungan partai atau koalisi partai.
Situasi itu sering menjebak kehidupan berdemokrasi menjadi riskan, bahkan malah mengalami degradasi. Presiden yang tampil bukanlah seorang pemimpin yang negarawan, tapi sebatas politisi, yang mewakili kepentingan politik partai atau kelompok.
Politisi dan negarawan tidaklah sama. Dua kualifikasi tersebut mungkin merupakan bagian penting kriteria calon pemimpin. Karena seorang politisi telah menjalani masa pemberdayaan dan proses persiapan lewat kaderisasi di tubuh organisasi partai politik di mana ia memulai tahapannya menuju kursi kepemimpinan.
Namun, politisi tidak serta merta mewakili kualifikasi negarawan. Karena alasan kepentingan yang telah disebutkan, dan kecenderungan menjadikan kepentingan partai atau kelompok sebagai tujuan utama menjalani roda kepemimpinan, ia akan menjadi pemimpin yang “tidak merdeka”.
Sementara seorang negarawan, adalah pemimpin bebas dari orang-orang bebas yang memiliki empat kualitas penting: prinsip kebenaran, kompas moral, visi, serta kemampuan untuk membangun konsensus untuk mencapai visi.
Seorang negarawan bukan saja melakukan tugas kepemimpinan politik (representasi dari kerja seorang politisi). Ia juga memberikan dan menanamkan inspirasi, menggerakkan orang-orang yang dipimpin untuk menuju visi dan tujuan negara dan bangsa secara kolaboratif.
Oleh karenanya, memilih calon ‘pemimpin yang negarawan’ adalah faktor penentu yang akan menjadikan bangsa ini menuju visi kehidupannya yang lebih baik dan memenuhi amanat Undang-Undang serta harapan para pendiri bangsa.
Berikut kualitas seorang negarawan yang perlu kita perhatikan sebagai acuan memilih calon pemimpin:
1. Prinsip kebenaran
Seorang negarawan membangun platformnya di atas dasar kebenaran fundamental yang teguh, tidak berubah. Ini adalah hal-hal yang dia yakini pada intinya. Filosofinya sama seperti pondasi sebuah rumah, badai dapat menerjang struktur, pertentangan dan tantangan mungkin muncul, waktu akan berubah, tetapi fondasinya tetap ada.
Seorang negarawan teguh dengan prinsip kebenaran, ia membuktikannya dengan kinerja dan bukti yang nyata. Prinsip kebenaran menjadikannya tangguh dan bersahaja, “dicaci tidak tumbang, dipuji tidak terbang”.