Seorang pemimpin yang efektif bukanlah mereka yang mengontrol setiap detail, tetapi mereka yang mampu mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menemukan solusi terbaik.
BARISAN.CO – Dalam kepemimpinan, pendekatan yang digunakan seorang pemimpin sangat menentukan efektivitas tim dalam mencapai tujuan. Salah satu konsep kepemimpinan yang diusung oleh Anies Baswedan adalah mengedepankan “micro questions” dibandingkan “micromanagement”.
Menurutnya, ketika seorang pemimpin terlalu mengontrol setiap detail pekerjaan bawahannya, hal itu justru akan menghambat inisiatif dan partisipasi mereka dalam menyelesaikan masalah.
Konsep ini disampaikan oleh Anies dalam acara Gathering Nasional (Gathnas) TurunTangan VIII Yogyakarta.
Dalam sesi tersebut, seorang relawan menanyakan sikap Anies terkait polusi di Kalimantan akibat kebakaran hutan. Pertanyaan ini muncul karena Anies sering menyoroti masalah polusi di Jakarta, namun jarang membahasnya dalam skala nasional.
Anies menjelaskan bahwa polusi di Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor, seperti industri, mobilitas transportasi, dan aktivitas rumah tangga. Berbeda dengan Kalimantan, Jakarta tidak mengalami polusi akibat kebakaran hutan.
Namun, dalam menanggapi berbagai permasalahan lingkungan atau kebijakan lainnya, Anies menekankan bahwa seorang pemimpin tidak boleh merasa memiliki semua jawaban hanya karena memiliki kewenangan.
Menurutnya, pemimpin yang baik tidak langsung memberi instruksi tanpa memahami akar masalah. Sebaliknya, mereka harus memulai dengan pertanyaan-pertanyaan kritis kepada pihak-pihak yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidangnya.
Dengan cara ini, solusi yang diambil bukan hanya berdasarkan asumsi, tetapi didasarkan pada informasi dan masukan yang valid.
Dampak Micromanagement dalam Kepemimpinan
Micromanagement adalah gaya kepemimpinan di mana pemimpin mengontrol terlalu banyak aspek pekerjaan bawahannya. Hal ini sering kali menyebabkan ketergantungan dan kurangnya inovasi dalam tim.
Jika seorang pemimpin terlalu mendikte cara kerja bawahannya tanpa memberi ruang untuk diskusi atau eksplorasi solusi, maka para anggota tim akan kehilangan motivasi dan keberanian untuk berkontribusi.
Anies memberikan contoh bagaimana micromanagement dapat berdampak negatif dalam pengambilan keputusan. Jika seorang pemimpin langsung memutuskan penggunaan alat tertentu tanpa mempertimbangkan alternatifnya, maka bawahan hanya akan mengikuti instruksi tersebut tanpa berpikir kritis.
Namun, jika seorang pemimpin mengajukan pertanyaan seperti, “Dari dua alat ini, mana yang lebih efektif dan mengapa?”, maka bawahan akan merasa lebih dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan akan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman dan analisis mereka sendiri.