KEPUTUSAN Partai Nasdem mendeklarasikan calon presiden secara definitif mendahului jadwal semula, dinilai sejumlah kalangan dan analis sebagai bentuk keberanian dan tentu saja mengejutkan. Ada apa?
Padahal, jauh-jauh hari Nasdem sudah menyatakan pengumuman capres akan dilakukan 10 November 2022 bertepatan Hari Pahlawan. Namun, pengumuman dilakukan lebih dini menjadi 3 Oktober 2022 dan pilihan jatuh kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga salah satu pendiri Ormas Nasdem.
Terlepas isu berbau konspirasi seperti soal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ngotot untuk menjadikan Anies sebagai tersangka dalam kasus Formula E, sikap Nasdem memang cukup berisiko. Karena Nasdem termasuk sebagai bagian dari rezim.
Tapi sebagaimana dikatakan Anies dalam pidato pencapresannya, Nasdem termasuk partai yang konsisten. Dan untuk konsisten itu memerlukan keberanian.
Begitu juga Surya Paloh saat jumpa pers bersama Anies menyatakan dengan deklarasi tersebut Nasdem tidak hanya akan mendapat pujian tetapi juga harus siap dengan kritikan, caci maki, hujatan, fitnah bahkan khianat. Karena itu misalnya kita mendengar ada kader Nasdem dari Bali dalam sebuah YouTube kecewa dan akan keluar dari Nasdem. Begitu juga di Indonesia Timur. Itulah risiko.
Relawan Anies
Tentu Relawan Anies seperti dari Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) tidak akan membiarkan Partai Nasdem berjuang sendirian. Keberanian Nasdem untuk mencalonkan Anies dan memberikan mandat kepada Anies untuk memutuskan cawapresnya, perlu dukungan solid relawan.
Relawan ANIES yang sudah terbentuk di 28 provinsi dan 270 kabupaten/kota terus menjalin komunikasi dan bersilaturahmi dengan kader Nasdem di daerah. Mereka menghilangkan sekat dan menyatukan visi untuk memenangkan Anies sebagai Presiden 2024-2029.
Dengan terjalinnya komunikasi yang digalang beberapa jam setelah deklarasi, nantinya diharapkan tidak ada lagi dikhotomi relawan versus kader partai karena mereka adalah komplementer, saling melengkapi.
Tugas-tugas yang sifatnya kepartaian tentu menjadi ranahnya kader Nasdem atau partai koalisi. Sementara relawan bermain di tataran penggalangan massa dan informasi, advokasi, edukasi dan sosialisasi program serta prestasi Anies. Itulah kolaborasi bukan kompetisi.
Yang cukup menarik, relawan ANIES dalam setiap kegiatannya tidak pernah menjelek-jelekkan atau memfitnah calon atau tokoh siapapun. Karena mereka sejak awal ditanamkan bahwa relawan ANIES itu harus mencerminkan sikap dan perilaku Anies yang santun dan cerdas!
Relawan sejak awal sudah dibekali kuliah politik, ekonomi, dunia digital, tata negara, geopolitik, membedah APBN dan cara mengelola BUMN yang benar.
Jadi, bukan relawan Anies kalau tidak santun dan cerdas. [rif]