Scroll untuk baca artikel
Kolom

Mengapa Puan Menanam Padi Berbeda Gaya?

Redaksi
×

Mengapa Puan Menanam Padi Berbeda Gaya?

Sebarkan artikel ini

“Saya mengajari rakyat untuk berani berbeda. Makanya orang-orang di sekitar saya yang ikut nanam padi juga ikut jalan maju cara nanamnya,” katanya.

Steak yang dipesan sudah datang sejak tadi. Tapi saya nggak segera menyentuh, gigi saya masih sakit.

“Ayo mas sambil dimaem. Oh iya minumnya yang hangat nggih tadi?” mbak Puan menawari.

“Gini mbak, soal maem gampanglah. Tapi saya pengin tahu, seberapa besar keinginan mbak Puan maju sebagai calon Presiden?” saya nekad bertanya.

“Blas saya ini nggak pengin jadi calon Presiden. Saya hanya ingin memberi teladan bahwa berbeda pendapat itu tak harus dikriminalisasi dengan UU ITE juga UU lain. Banyak kriminal yang sebenar-benarnya kriminal malah dibiarkan. Ini kan aneh,” katanya.

“Lha billboard-billboard yang terpasang itu tujuannya apa?”

“Ini menggerakkan roda ekonomi secara riil. Pemilik titik reklame akan ada orderan, pemerintah daerah juga mendapat pemasukan dari pajak reklame, masyarakat juga bisa melihat wajah saya yang ayu secara gratis,” katanya senyum.

Saya masih bingung, hasil wawancara ini mau saya tulis seperti apa. Saat itulah terdengar suara.

“Oekkkkkk….”

Kakekane. Rupanya saya sedang melamun dan si Kambing (nama kucing anak saya) melahirkan. Kambing itulah yang berjasa membangunkan saya dari lamunan.

“Pantesan kok njawabnya cerdas banget,” saya menggerutu. [][][]